Mengapa Mendengarkan Lagu JKT48 adalah Adulting Hidup Masa Kini?

Wota alias fans JKT48 sedang meneriakkan chant - disway.id

Jika kamu saat remaja sudah menjadi wota, maka kamu akan selamanya menjadi wota.


Kalimat itulah yang sering diberikan oleh seroang teman saya, seorang wota, saat melihat member JKT48 tampil di halaman Stasiun Yogyakarta, pada 2018 lalu. Saat itu, JKT48 sedang melakukan senbatsu alias pemilihan umum untuk memilih member yang akan tampil dalam single terbarunya di sebuah mall.

Saya yang ragu untuk datang mengatakan bahwa momen tersebut adalah momen terakhir saya menonton JKT48. Saya tidak akan lagi menonton atau mengurangi untuk mendengarkan lagu mereka karena usia sudah menua. Seakan sudah tidak pantas untuk mendengaran lagu mereka lagi dan mencoba beralih mendengarkan lagu yang lebih dewasa. 

Nyatanya, tekad saya goyah. Pada 2019, saya malah menonton langsung konser mereka di FX Sudirman Jakarta. Pada 2020an, ketika pandemi covid-19, setiap hari saya malah mendengarkan lagu-lagu JKT48. Mau mengganti lagu yang lain kok rasanya susah

Apa yang membuat saya tetap mendengarkan lagu-lagu JKT48 di saat usia makin menua?

Jawabannya tak lain adalah karena lagu JKT48 adalah pilihan pas untuk mengelola emosi saat kita berada pada titik yang terendah. Lagu-lagu JKT48 dengan nada yang easy listening memiliki lirik sederhana dengan majas yang indah tetapi memiliki tiga inti yang dibutuhkan untuk tetap bertahan pada kondisi buruk.

Pertama, validasi rasa tidak nyaman.

Kedua, kesadaran sebagai manusia biasa.

Ketiga, harapan bahwa esok akan lebih baik.



Tiga inti tadi adalah tiga hal yang dibutuhkan saat kita berada pada titik terendah. Validasi rasa tidak nyaman biasanya berada pada intro. Kesadaran sebagai manusia biasa sering terdapat bait atau pre-chorus. Sedangkan, harapan untuk bisa bangkit pada esok hari sering diselipkan pada bagian refferen lagu. Sebagai jembatan atau interlude, biasanya lagu-lagu JKT48 memberikan kembali validasi rasa tidak nyaman yang segera dibangkitkan kembali pada bagian refferen.

Contoh lagu yang paling saya suka adalah lagu Apakah Kau Melihat Mentari Senja. Bagian intro lagu ini dibuka dengan kalimat bahwa saat kita pulang atau menutup hari, pasti terpikir hal-hal tak mengenakkan yang terjadi sepanjang hari.

Lagu kemudian dilanjutkan pada bagian pre-chorus yang menerangkan bahwa sebagai manusia bisa kita sering berbohong pada orang sekitar bahwa kita baik-baik saja, It’s okay karena mungkin kita tidak ingin membuat mereka cemas. Lagu ini memberikan pengajaran bahwa tidak apa-apa kita merasa kecewa dan marah saat di titik terendah. Itu manusiawi.

Nah, pada bagian refferen yang menyatakan saat hari sudah akan berakhir, maka malam akan berganti dan kemudian hari pun juga berganti. Sudah saatnya untuk menjadi diri sendiri dan menghargai diri sendiri karena kita sudah melewati hari yang luar biasa.




Tak hanya itu, lagu ini juga bercerita bahwa hubungan kita sebagai manusia dengan orang lain tidak harus selalu baik sepanjang waktu. Itu sangat wajar dan kita sangat boleh untuk kecewa dan marah. Namun, pesan dari lagu ini bagaimanapun kita hidup dengan manusia lain yang saling membutuhkan. Jadi, harapan untuk tetap baik dengan sesama walau rasa kecewa itu ada adalah kunci.

Lagu ini pun seakan menjadi lagu yang saya putar saat hati sedang tidak nyaman atau berada pada kondisi buruk. Rasanya lega sekali apalagi dengan melihat member JKT48 Gen 1 yang memeragakan video klip lagu ini dengan apik. Perasaan saya jadi jauh lebih lega dan bisa menata hari lebih baik.

Ada beberapa lagu JKT48 yang memiliki pola yang hampir sama. Mulai dari Pesawat Kertas. 365 Hari, River, Hanya Lihat ke Depan, dan Shoinichi. Makanya, mendengarkan lagu-lagu JKT48 adalah jalan ninja adulting masa kini.

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya