![]() |
| Puroboyo (kiri) dan Hangabehi (kanan). - Dok. Istimewa |
Keraton Kasunanan Surakarta kembali memanas.
Mangkatnya Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana XIII beberapa waktu yang lalu menyisakan sebuah masalah besar. Siapa yang akan menjadi penerus tahta PB XIII yang sudah berkuasa selama 21 tahun.
Ssosok pengganti PB XIII memang telah ditunjuk oleh sang raja sebelum mangkat. Beberapa tahun yang lalu, sinuhun telah menunjuk putra mahkota dari permaisuri GKR Pakubuwana. Ia adalah KGPH Purbaya atau sering dikenal sebagai Gusti Purbaya. Ia merupakan anak tunggal PB XIII dengan GKR Pakubuwana.
Penunjukkan KGPH Purbaya sebagai putra mahkota sebenarnya sudah menuai pro dan kontra saat PB XIII masih hidup. Namun, pro dan kontra ini makin menjadi-jadi saat prosesi pemakaman PB XIII beberapa hari yang lalu. Saat itu, KGPH Purbaya menyatakan secara resmi bahwa ia adalah SISKS PB XIV. Lanjutan tahta dari ayahnya.
Namun, pengangkatan ini ditentang oleh banyak pihak. Dua diantaranya adalah KGPH Tejowulan dan GKR Wandansari atau dikenal sebagai Gusti Moeng. Dua sosok ini yang kemudian menjadi pihak kontra terhadap pengangkatan Gusti Purboyo sebagai PB XIV.
Sementara, Gusti Purboyo didukung oleh kakak seayah yakni GKR Timoer.Gusti Timoer, yang kerap live di Tiktok menyatakan bahwa semua anak PB XIII sepakat bahwa Gusti Purbaya adalah raja sah pengganti ayahnya. Tidak hanya dirinya, dua adiknya seayah dan seibu juga mendukung Purboyo menjadi Raja Solo yang baru. Mereka juga sibuk mempersiapkan jumenengan atau upacara naik tahta adik bungsunya.
Namun, pihak LDA dan Tejowulan tidak tinggal diam. Mereka langsung mengangkat KGPH Hangabehi sebagai PB XIV. Pengangkatan ini dilakukan setelah adanya musyawarah keluarga besar PB XII dan XIII di istana. Walau terkesan tertutup, tetapi dari video yang beredar tampak KGPH Hangabehi telah mengenakan baju kebesaran Raja Solo. Ia juga tampak sungkem dan meminta restu pada para sesepuh keraton, termasuk Gusti Moeng dan Tedjowulan. Alhasil, Solo punya 2 raja kembar yang juga sempat terjadi pada 2004 lalu saat PB XII mangkat.
Lantas, siapa KGPH Hangabehi?
Ia juga merupakan putra dari PB XIII dari istri kedua. Meski ayah dan ibunya telah bercerai, tetapi banyak kerabat keraton yang menganggap bahwa ia adalah sosok yang paling berhak menggantikan PB XIII. Jauh lebih berhak dari Gusti Purboyo yang merupakan putra kedua dari PB XIII. Sementara, anak PB XIII lainnya adalah wanita yang tentu tidak berhak mewarisi tahta sebagai raja.
Jadi, PB XIII sendiri telah menikah 3 kali dengan 2 kali bercerai. Pernikahan pertama adalah dengan ibu dari Gusti Timoer. Pernikahan kedua dengan ibunda KGPH Hangabehi dan yang ketiga dengan Gusti Purboyo. Nah, hanya pernikahan ketiga inilah yang masih sah hingga akhir hayat PB XIII.
Inti dari kekisruhan di Keraton Solo saat ini adalah aturan mengenai siapa yang berhak meneruskan tahta. Apakah putra tertua atau putra dari permaisuri yang sah. Pedoman aturan untuk suksesi ini belum jelas hingga sekarang.
Walau juga mengalami konflik serupa, tetapi konflik kali ini memiliki posisi berbeda karena ada permaisuri yang ditetapkan raja. Sementara, pada konflik suksesi keraton 2004, PB XII tidak mengangkat satu pun istrinya sebagai permaisuri. Mereka statusnya sama sebagai selir. Alhasil, ada dua anak tertua dari masing-masing selir yang menobatkan diri sebagai raja. Konflik ini baru berakhir tahun 2012 dengan hasil salah satu rajanya yakni Tedjowulan diangkat sebagai Maha Mentri.
Atas pengangkatan itu, maka kini Tedjowulan menganggap dirinya sebaga PB ad interim. Artinya, ia adalah orang yang paling berhak untuk menunjuk siapa yang akan jadi PB XIV. Meski sudah ada permaisuri dan putra mahkota yang telah ditunjuk PB XIII, tetapi menurutnya ia adalah pemegang jabatan tertinggi di keraton Solo sejak mangkatnya PB XIII. Walau tidak merasa mengangkat KGPH Hangabehi sebagai raja, tetap saja banyak pihak merasa ia masih berpengaruh terhadap raja kembar saat ini.
Kisruh di Keraton Solo memang tiada ujungnya. Kisruh ini juga menarik minat banyak orang di luar keraton. Banyak netizen yang terbelah dengan kasus ini. Ada yang pro Hangabehi dan ada yang pro Purboyo. Setiap kubu punya pendapat masing-masing. Kubu yang pro Hangabehi menyatakan walaupun ibundanya sudah bercerai dengan PB XIII, tetapi ia sebagai anak tertua tetap berhak mewarisi tahta selanjutnya.
Mereka mencontohkan kasus Pangeran Williams yang meski sudah bercerai dengan Putri Diana tetapi tetap dijadikan putera mahkota. Intinya tetap anak laki-laki tertua paling berhak menyandang gelar putra mahkota. Sementara, kubu yang pro Purboyo mengatakan bahwa aturan di Kasunanan Solo tentu berbeda dengan di Inggris.
Aturan di Kasunanan Solo adalah anak laki-laki tertua dari permaisuri yang sah adalah yang berhak menyandang sebagai putra mahkota. Maka, Purboyo lah yang paling berhak dibandingkan Hangabehi. Apalagi, PB XIII telah mengeluarkan surat wasiat yang konon katanya menyerahkan kekuasaan pada Purboyo saat beliau wafat.
Saya sendiri tidak pro keduanya karena Solo bukan lagi daerah istimewa. Kasunanan hanya menjadi penjaga warisan budaya, tidak ada kekuasaan yang melekat pada mereka sejak pembekuan DIS akibat gerakan antiswapraja tahun 1946. Kekuasaan yang besar ya ada pada Walikota Surakarta yang kini dijabat Mas Respati Ardi. Segala hal pemerintahan dan kuasa di Solo ya ada pada dirinya walau pengaruh Kasunanan Surakarta pada kehidupan warga Solo masihlah ada.
Namun, ada satu hal menarik yang patut dicermati. Tak lain adalah keberadaan Gusti Timoer yang kini membela Purboyo. Padahal, beberapa waktu lalu, ia dikenal vokal berseteru dengan Permaisuri PB XIII. Ia juga satu kubu dengan Gusti Moeng dan LDA. Bahkan, ia dan Gusti Moeng pernah tidak diizinkan masuk istana dan juga sempat terkunci di dalamnya. Publik masih ingat juga ia berseteru dengan Permaisuri PB XIII di Kori Kamandungan atau pintu utama keraton. Videonya viral kedua wanita ini bersitegang dan saling memaki. Kini, keduanya malah berada dalam satu kubu.
Demikian pula Gusti Moeng yang dulu berseteru dengan Tedjowulan saat kakaknya PB XIII naik tahta menjadi raja. Kini, keduanya satu kubu untuk mengangkat KGPH Hangabehi sebagai raja. Jika melihat fenomena ini seakan seperti di film-film drama kerajaan kolosal. Ada saja intrik perebutan kekuasaan. Pihak yang berseteru bisa jadi saling berkawan untuk menyerang pihak lain. Semuanya bisa berubah jika ada kepentingan bersama. Lantas, apa kepentingan di Kasunanan? Bukankah kerajaan ini sudah tak ada kuasa?
Walau tak lagi memegang kendali pemerintahan, Kasunanan masih memiliki sejumlah aset tanah yang cukuluas. Mereka juga mendapatkan kucuran dana APBN untuk merawat keraton. Kasunanan juga masih memiliki pusaka dan manuskrip sejak zaman Mataram Islam. Intinya, kerajaan ini masih manis untuk diperebutkan. Berbagai agenda keraton pun juga masih dilakukan hingga sekarang.
Kita tunggu saja siapa yang akan benar-benar sah dan eksis menjadi PB XIV. Yang jelas, siapapun dia, pengaruh besar dari Lembaga Dewan Adat (LDA) masihlah tetap ada dan tidak akan membuat raja baru leluasa.

wkwkwkwk
ReplyDelete