Pengalaman Melakukan Perjalanan Sepanjang 14 Jam Antara Jogja dan Malang


Fly over Lawang Malang
Kalau balik ke Malang, sesungguhnya saya ingin terbang saja melewati jalan layang ini. PS : Atribut parpol bukan mewakili pandangan politik saya, hanya kebetulan ada ada di sana.

Beberapa waktu terakhir, saya hanya bisa khusuk duduk-duduk di kosan yang nikmat di daerah Bantul, DIY.


Tugas-tugas saya yang semakin menumpuk membuat saya niat gak pulang kampung ke Malang dulu sebelum saya benar-benar bisa pulang. Tapi, tiba-tiba ada hal tak terduga sehingga saya harus memfotokopi buku rekening tabungan dan beberapa tetek bengeknya. Sialnya, buku tabungan tersebut saya masukkan di loker kamar yang berisikan ijazah dan surat-surat penting lainnya. Kunci loker itu hanya saya yang bawa.

Orang rumah sempat menawarkan untuk membuat duplikat kunci. Namun, saya kurang sreg kalau tak mengurusnya sendiri. Akhirnya, saya memutuskan untuk pulang beberapa jam sebelum terompet tahun baru 2018 dibunyikan.

Namanya juga tahun baru, segala sesutu jadi heboh. Termasuk, tak ada tiket kereta api kelas ekonomi yang bisa saya booking. Hanya ada kelas eksekutif dengan harga termahal. Yah saya pikir-pikir lah untuk pulang bermodal kelas eksekutif. Nanti saja kalau ada rejeki lebih, maka saya akan menggunakannya untuk naik kelas eksekutif. Untuk saat ini, berat di ATM rasanya.

Saya lalu berputar otak. Langsung datang ke Terminal Giwangan cukup berisiko karena saat itu sedang padatnya hilir-mudik penumpang jelang pergantian tahun. Para calo akan siap memangsa saya kapanpun tanpa ampun.

Akhirnya, saya memilih menelepon perusahaan otobus yang masih menyediakan tiket. Untungnya, ada sebuah PO yang beralamat di sekitar Ring Road masih memiliki kursi kosong. Saya langsung mengiyakan untuk membeli tiket bus seharga 44% dari harga tiket kereta kelas eksekutif. Lumayan, pikir saya.

Setelah melakukan pembayaran via ATM, saya mendapatkan email bukti pembayaran dan nomor kursi. Saya disuruh bersiap sebelum pukul 19.30 di sebuah titik kumpul berupa hotel yang merupakan satu manajemen dengan PO tersebut. Hari H pun tiba. Saya datang ke hotel tersebut dan mendapati tatapan bingung dari petugas hotel.

Ternyata, yang dimaksud dengan titik kumpul adalah semacam terminal agen. Letaknya berada di seberang hotel tersebut. Saya bergidik. Menyebarang ring road? Tetiba saya kok jadi parno. Agyrophobia saya memang cukup parah.

Selepas tiba dengan selamat di terminal yang dimaksud, saya langsung menemui petugas tiket. Di sana, ia memberi saya sebotol air mineral dan menyuruh saya duduk di ruang tunggu. Di ruang tunggu itu ternyata sudah banyak orang yang menunggu bus sembari melihat TV yang entah acaranya apa. Beberapa diantara mereka berada di luar sambil misuh-misuh tak karuan. Saya bingung dan bertanya, ini ada apa ya?

Saya sih tak terlalu memerhatikan mereka karena sibuk menjaga HP yang saya charge sambil membaca novel yang saya bawa. Semakin lama, suasana semakin ramai dengan suara aduh-aduh yang membara. Sepertinya, bus yang mereka tunggu datang terlambat. Setengah jam kemudian, bus yang ternyata jurusan Lampung itu datang dan segera disambut dengan histeria massa. Saking hebohnya, saya baru sadar bahwa hanya saya satu-satunya makhluk hidup yang tersisa di ruangan itu.

Lha, ini gimana. Bus saya kapan datangnya dong? Ketika saya melirik jam, bus saya seharusnya tiba 10 menit lagi. Tapi, saat waktu bus seharusnya tiba, dia tak menampakkan tanda-tanda kedatangannya. Saya lalu datang ke tempat penjualan tiket namun disambut lambaian tangan dari petugas karena sudah waktunya tutup. Lha, terus?

Saya lalu menuju garasi bus yang berada di belakang kedua ruangan itu. Di sana masih ada seorang bapak yang bilang bahwa bus saya kemungkinan terlambat sekita satu jam. Ya Tuhan. Saya hanya pasrah dan sedikit tertawa. Oh jadi ini harga murah yang sebanding itu? Saya menahan diri untuk tidak kompain.

Minimal masih ada tempat charge, TV yang masih menyala, dan bapak tadi. Sejam menunggu, bus pun tak juga datang. Saya keluar ruang tunggu sambil menikmati dinginnya jalanan. Beberapa saat kemudian, Bapak separuh baya tadi menghampiri saya dengan naik sepeda motor dengan jaket yang rapi. Loalah, si Bapak mau ke mana?

Pool Bus Rosalia Indah Ring Road Selatan Jogja
Tas saya yang tak punya teman.

Si Bapak berkata agar saya sabar menunggu. Beliau akan pulang karena sudah waktunya pulang. Lho kok jadi gini? Menurutnya, di belakang masih ada satu orang yang mencuci bus. Nanti, ketika bus datang, petugas akan datang dan saya haru menyebarang lagi ke sebelah hotel tadi. Walah, nyebrang ring road lagi?

Tepat satu setengah jam dari jadwal yang seharusnya, bus saya datang. Saya baru mengerti keterlambatan bus saya disebabkan rute bus yang bersambung dari Purwokerto lalu menuju Jogja, dilanjutkan ke Solo dan berakhir di Malang melalui jalan tol Sumo (Surabaya-Mojokerto). Menurut Bapak tadi, nanti bus akan lewat jalan tol, tak melewati jalur selatan sehingga kemungkinan akan lebih cepat sampai.

Di dalam bus itu hanya ada sekitar 6 orang. Saya bisa duduk dengan nyaman sambil tiduran. Bus pun melaju menuju Klaten dan Solo. Nah ketika di Solo, bus berhenti cukup lama di sebuah pemberhentian yang mirip dengan tempat saya menunggu tadi.

Di sini, penumpang cukup banyak yang naik dan hanya menyisakan beberapa kursi kosong. Selepas para penumpang tersebut naik, bus tak juga kunjung berjalan. Semenit dua menit, hingga tak terasa tiga puluh menit bus masih ngetem di sana. Ternyata, bus tersebut menunggu penumpang yang belum juga datang. Loh, enak banget ditungguin?

Akhirnya, bus pun berangkat setelah penumpang yang ditunggu datang. meski begitu, saya merasakan laju bus tak sekencang sebelumnya padahal jalan tak terlalu padat. Sejam dua jam saya mencoba tidur dan berhasil. Hingga saya terbangun, saya melirik jam sekitar pukul 1 malam dan bus masih berada di daerah Sragen.

Biasanya, jam segini kalau normal sudah sampai di Caruban, Madiun atau kalau lebih cepat bisa sampai Saradan, Nganjuk untuk makan malam. Saya mencoba tidur lagi dan berhasil. Mata saya baru terbuka kembali ketika bus akhirnya benar-benar berhenti di sebuah rumah makan di daerah Caruban. Saat melirik jam, saya kaget karena sudah pukul 3 pagi. Wah ini bukan lagi makan malam, tapi sahur, Cak!

Meski malas, tapi saya sempatkan makan seporsi masakan padang yang bagi saya tak terlalu nikmat. Perut harus diisi mengingat saya mencium gelagat tak baik dari perjalanan bus ini. Selepas makan, bus pun melaju dengan cukup pelan. Untuk menghilangkan  penat, saya kembali tidur karena memainkan gadget akan merugikan saya. Tak ada charger di bus tersebut dan saya lupa membawa power bank. Jadi, saya harus berhemat baterai. Saya lalu terbangun kembali ketika waktu shalat subuh dan ternyata saya masih di daerah Jombang. Biasanya, jam segini saya sudah sampai Malang.

Selepas shalat, mata saya tak bisa terpejam kembali. Melihat ke jalanan, sepertinya tanda-tanda bus akan masuk ke jalan tol. Saya bisa berandai-andai, dari jika dari Jombang bus akan langsung cepat menuju Mojokerto disambung ke Krian Sidoarjo, Porong-Gempol dan berakhir di Pandaan Pasuaruan. Namun, baru setengah jam masuk tol, bus kembali keluar tol dan memasuki daerah industri di Mojokerto. Suasana pagi yang padat membuat bus tak bisa melaju kencang. Saya melirik jam sudah hampir setengah tujuh.

Wah ini bakal menghabiskan waktu lama. Makanya, saya kembali memutuskan untuk tidur lagi. Selesai bangun lagi dan meirik jam yang ternyata sudah hampir pukul delapan pagi, bus ternyata masih di sebuah daerah bernama Duduk Sampeyan, Gresik. Saya jadi bingung, ini mau ke mana coba? Ketika saya buka GPS, rupanya bus tak melewati jalan tol. Lah, tadi katanya lewat tol? Masak cuma beberapa meter?

Tak mau pusing lagi, saya tidur saja. Entah, kenapa saya cepat sekali tertidur. Itu lebih baik daripada terjaga dan membuat dongkol hati ini. Beberapa saat kemudian, saya terbangun dan mendapati bus masih berada di arteri Porong-Sidoarjo. Saya melirik jam sudah pukul sembilan. Wah ini rekor.

Beberapa penumpang sudah krasak-krusuk dan ingin segera sampai. Kebanyakan sudah ada kegiatan menanti. Lagi-lagi, bus tak melewati tol meski sduah dekat dengan gerbang tol Gempol-Pandaan. Ya salam.

Akibatnya, bus harus bersabar dengan kendaraan lain yang memadati ruas jalan Surabaya-Malang.  Saya tak bisa tertidur lagi dan melihat dengan nanar padatnya jalanan. Sampai di bundaran Apolo, Gempol, Pasuruan, terjadi sebuah insiden. Entah bagaimana awalnya, yang jelas ketika bus akan menyalip sebuah truk besar, badan  bus menyenggol kendaraan itu. Tubuh saya cukup terguncang keras.

Penumpang lain pun juga shock. Nah yang lucu, sopir bus tadi tak terima. Ia memepet bus yang saya tumpangi sambil membunyikan klakson. Selepas itu, ia memotong laju bus tepat di depannya sambil memelankan truknya. Adegan sinetron ini berlangsung lama hingga akhirnya sopir truk tersebut benar-benar melintangkan kendaraannya agar bus tak bisa jalan.

Sopir bus akhirnya turun dan mendapat makian kasar dari sopir truk. Cukup lama kegiatan maki-memaki itu hingga akhirnya mereka lelah dan bus meneruskan perjalanan. Masih sekitar beberapa jam lagi hingga akhirnya saya tiba di pool bus di Kota Malang pukul 11 siang. Ketika saya hitung, perlu waktu sekitar 14 jam untuk melakukan perjalanan ini.

Wah, kalau normal, waktu selama itu bisa seekuivalen dengan Malang-Bandung atau Malang-Jakarta. Tapi saya juga berpikir kita-kira bus jurusan Lampung tadi akan sampai jam berapa coba? Ah sudahlah, saya anggap sebagai pembelajaran lagi karena saya masih harus banyak belajar tentang dunia bus kepada rekan-rekan Bus Mania.

22 Comments

  1. Bus ya..
    Jujur aja aku g suka naik bus umum
    Banyak sekali kejadian yang kulalui dengan bus itu g enak, jadi kalau disuruh milih naik kendaraan umum, pilihan selalu jatuh pada kereta. Bus umum adalah pilihan pas kepepet tok, mentok ra enek liyane!

    Kejadian terakhir yang bikin aku kapok sama bus itu pas perjalanan pulang dari bojonegoro. naik bisa yang merknya pajero "PAnas nJobo njERO". Bayangin aja mas, dalam bis kepanasan, oke yang bagian ini aku maklum, yang terparah, pas hujan malah kehujanan soalnya air hujannya ngrembes dari jendela. Kapok aku rasane.. besok2 kalau ke sana lagi, mending muter naik kereta ke surabaya oper kereta ke bojonegoro

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk pajero mantep harus suabuarrrr
      itu bukan bus lagi mbak tapi truk yang dikasih terpal
      mending kereta eman
      tapi klo mau ke surabaya dulu aku awang2en naek busnya ke malang
      macet lagi...

      Delete
  2. Gabung dulu busmania bro, biar lebih nikmat berlama-lama di bus ahaha..

    14 jam gak ada apa2nya dibanding pengalaman saya.. 35 jam perjalanan Jakarta - Bumiayu (Brebes) yang biasanya 8 jam aja wkwkwk..

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buset itu lama banget mas kang Bra 35 jam

      Delete
    2. lama amat
      klo yang naik maasih muda sih lumayan
      tapi klo abwa anak kecil ato bayi kan kasian

      Delete
  3. Kalo lama lama perjalanan itu memang rasanya gak nyaman

    ReplyDelete
  4. Dih, wegah banget mas jam-jaman ngebis. Mending nganggo pintu kemana saja, wkwkwkwk

    ReplyDelete
  5. kalo aku pasti bakaln panik banget kalo ngalamin kejadian kayak gini.

    ReplyDelete
  6. Lama banget tuh.
    Kalo saya mah bisa mati bosan di bus selama itu.

    ReplyDelete
  7. Itulah yg membuat saya selalu menolak kalau diajak naik bus, bosan di perjalanan. Baca cerita mas-nya aku ikutan gregetan haha

    ReplyDelete
  8. selain lidah, harga pun ga bisa bohong, :D

    ReplyDelete
  9. Ya ampun lama kaliii!
    Jadi ingat naik bis melulu saat pulkam Denpasar-Kediri dan itu bisa lebih dari sehari tergantung ombak di selat bali dan antrian di penyeberangan...hiks!
    Bus memang begitu, membuat waktu seperti tak berjalan maju saking lamanyaaaa...Makanya pilih kereta api yang lebih pasti :D

    ReplyDelete
  10. Kostnya kemarin di Bantul toh, Mas?
    Aku kira masih yang dulu..he

    Btw, Bantulnya mana, Mas?
    Perjalanan menggunakan bis, tentu menyenangkan. Tapi kalau berlama-lama juga capek. Apalagi itu sampe ada yang 35 jam. Temanku juga dari jogja sampe 3 hari-an gitu. Katanya sampe kucel nggak mandi..haha

    ReplyDelete
  11. lama yahh berjam2.. aku sih kalau macet turun di pinggir jalan, nyebrang jalan. nyetop bis. balik rumah deh.. hahahahaha

    ReplyDelete
  12. wedyan... 14 jam. Baca cerita itu berasa ikut naik bus nya hehehe... Saya naik bus paling lama ke lampung dari Solo, lama banget karena bus nya ada kendala... hehehe

    ReplyDelete
  13. mabok! aku yo wis mandek tengah dalan numpak ojek wae haha

    ReplyDelete
Next Post Previous Post