Gelak Tawa Pertunjukan Kabaret Raminten Jogja


kabaret show raminten
Penampil Kabaret Show

Oh-oh-oh-oh-oh! Oh-oh-oh-oh-oh-oh!
Caught in a bad romance


Serius, saya ikut terhanyut dan ikutan menjadi Little Monster (sebutan bagi para penggemar) Lady Gaga, penyanyi solo kontroversial asal AS. Kepala saya ikut manggut-manggut dan tangan saya terus merekam aksi sang "Lady Gaga KW" yang berdiri beberapa meter dari saya. Menyanyikan lagu dengan lipsing.

Apa yang saya lakukan juga diikuti oleh hampir semua penonton. Mereka ikut bernyanyi dan tertawa riang, lebih tepatnya terbahak-bahak, melihat aksi sang diva yang begitu lincah meliuk-liukkan tubuhnya. Dengan aneka gerakan khas Mother Monster berupa gerakan tangan mencakar seperti kucing hingga merangkak membuat saya semakin larut dalam "konser mini" itu.


Lady Gaga Palsu


Walau sangat menikmati, saya akhirnya harus realistis. Saya sedang tidak menonton Lady Gaga di konser maha besar. Saya juga tak sedang bersenandung bersama wanita bernama asli S. J.A. Germanotta tersebut. Yang ada di hadapan saya adalah pemeran pertunjukan kabaret di salah satu gerai batik di Kota Jogja.


Di suatu akhir pekan, rekan saya mengajak pergi menonton kabaret yang menurutnya unik. Jujur, saya belum pernah melihat pertunjukan ini dan hanya tahu sepintas saja. Awalnya saya berpikiran kalau pertunjukan ini hanya pertunjukan kecil yang sering saya lihat di kafe-kafe atau beberapa rumah makan. Ternyata dugaan saya salah.

Dengan merogoh kocek 50 ribu rupiah, kami harus bersusah payah mengantre untuk membeli tiket. Saya sempat salah informasi kalau tiket hanya bisa dijual langsung di tempat. Ternyata, kami sebenarnya bisa melakukan reservasi dulu dengan keistimewaan mendapat tempat yang sejajar dengan panggung. Dengan membeli tiket OTS, kami harus puas untuk mendongakkan kepala dan ikhlas pandangan kami tertutup oleh kipas angin, tiang, atau benda lain.

Sedari pukul 6 sore, pintu masuk sudah dibuka. Kami tak diperbolehkan membawa makanan atau minuman pun dari luar. Tentu tujuannya adalah agar kami bisa memesan makanan dari dalam gedung pertunjukan yang sebenarnya mirip sebuah kafe kecil tersebut.

Penonton yang hadir banyak


Penonton yang ingin melihat pertunjukan ini memang banyak. Hilir mudik para penggila hiburan tampak memenuhi kursi penonton yang bagi saya cukup sempit.

Saya sendiri sampai kesemutan menahan kaki yang tertekuk cukup lama. Belum lagi, ruangan yang tak ber-AC membuat saya cukup kepanasan. Lalu lalang para pelayan kafe juga membuat saya kurang nyaman. Ini tempat sudah sempit masih saja banyak yang jalan-jalan.

Namun, keriwehan yang sempat melanda akhirnya hilang dengan dua banci yang menyanyi keroncong dengan lemah gemulai. Lenggak-lenggok tangan dan tubuh kedua banci itu membuat penonton mulai "hangat". Belum lagi, pada beberapa kesempatan, mereka menampilkan atraksi, yang entah tidak sengaja atau dibuat-buat. Sanggul terlepas, rok yang terbuka, hingga (maaf) bra yang hampir jatuh.

Penampil perdana


Ada Titi DJ Palsu


Ini baru permulaan. Begitu kata teman saya. Benar saja. Tak lama, saya mendengar suara Titi DJ dengan lagu Sang Dewi mulai membahana dengan pemandangan seorang banci bergaun putih. Berparas anggun dan tampak elegan. Yang membuat saya spontan untuk terpingkal. Membayangkan apa gerangan "manuver" yang akan dilakukan olehnya. Hingga apa yang saya tunggu pun tiba. Saat mencoba menyanyi lipsing pada nada tinggi, ia semakin menjiwai. Sungguh, perut saya mulai keram karena tertawa.

Sang Diva

Pertunjukan pun terus berlangsung. Saya sampai tak hafal siapa saja yang tampil. Mulai dari penyanyi K-POP, penyanyi Melayu, aneka penyanyi Barat, dan tentunya penyanyi dangdut. Selain sang "Mother Monster KW", penampilan dari "Inul Daratista KW " juga membuta saya "panas". Sang "Diva KW" memulai atraksi dengan bergoyang ngebor dan memanjat salah satu tiang di pinggir panggung. Segera saja tawa lepas penonton semakin membahana.

Mencari mangsa para pria


"Manuver" sang diva juga tak kalah heboh. Ia berlari ke sana ke mari sambil mencari "mangsa". Para lelaki tampan yang duduk di barisan depan. Untunglah, saya tidak masuk kategori tampan dan duduk di depan. Jadi, saya masih aman. Ia langsung membelai rambut penonton lelaki pilihannya sambil memasang pose menggoda. Sungguh, perut saya semakin kaku karena tawa yang tak terhankan lagi.

Penonton pria

"Waduh, menang milih, Rek!" (Waduh, bisa enak milih tuh), seru teman wanita saya yang mulai naksir dengan mas-mas "korban" sang diva. Perut saya sudah tak bisa lagi untuk menahan segala kelucuan itu. Untunglah, itu adalah penampilan terakhir sebelum kami harus bersusah payah untuk keluar lantaran pintu yang sempit.

Sangat menjiwai

Di depan pintu masuk, rupanya pertunjukan belum usai. Para diva keluar dan mengajak para penonton berfoto bersama. Tentu, kesempatan ini tak kami sia-siakan. Kami mencoba berfoto bersama semua diva untuk masuk dalam linimasa akun Instagram kami. Mereka menyambut dengan hangat. Mereka pun tak sungkan menjawab nama akun sosmed mereka dan berharap kami bisa datang lagi.

Roarrrrrrrrrrr

Spirit Jogja Istimewa yang ada di pertunjukan kabaret ini memang melegenda. Ia sudah seperti ikon tersendiri dari sebuah kota yang dikenal masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya jawa tersebut. Sebuah kontradiksi yang bagi saya menarik.

Sabar yha mass.

Jogja menyimpan anomali sendiri. Saya baru ingat beberapa hari sebelum melihat pertunjukan ini, saya melihat pemandangan getir berupa penyerangan di sebuah masjid besar di Jogja. Beberapa bulan sebelumnya insiden pemotongan salib dari sebuah makam Kristen pun terjadi. Dan, saya kadang masih was-was kala pulang menuju rumah saya di daerah Salam, Magelang dari arah Kota Jogja akibat klitih yang merajalela.

Namun, di malam itu, saya seakan melupakan itu semua. Saya bisa tertawa lepas bersama teman-teman. Melupakan hal-hal negatif di Jogja Istimewa. Melupakan kalau acara semacam ini, yang berbau LGBT sebenarnya masih tabu di negeri ini. Dan saya semakin sadar kalau di balik kesitimewaannya, Jogja adalah rumah bagi segala keberagaman yang harus tetap dijaga.

40 Comments

  1. wah, masih bisa eksis juga ya pertunjukan ini. Saya sudah lama mendengarnya ,tapi belum sempat menonton pertunjukannya. Tapi ya semua anggap saja sebagai hiburan ,tidak kurang tidak lebih.

    ReplyDelete
  2. perasaan dah beberapa kali denger pertunjukan ini. tapi aku pikir sudah bubar jalan seperti pertunjukan ketoprak gitu. megap-megap karena bersaing dengan pertunjukan modern. tapi baca suasananya, mungkin tanpa ac itu bagian dari langkah penghematan mereka ya.

    ReplyDelete
  3. Udah cukup lama aku pengin nonton acara kabaret di lantai atas Mirota Batik ini ... buat hiburan semata sambil cekakakan lihat aksi nyeni kocak mereka.
    Sayangnya jam pertunjukannya malam ya, ngga kekejar waktunya dari kotaku tinggal.
    Suatu saat nanti kudu disempetin nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo mas apa nonton bareng ketemuan ndek mana gitu

      Delete
  4. Kayaknya bra yang hampir jatuh itu udah diatur buat lelucon. Acara ini syukurnya enggak ricuh, ya. Saya pernah baca berita sekitar 3 tahun lalu ada pesantren waria dibubarin gitu.

    ReplyDelete
  5. Wkwk... Lucu banget, kalau bisa nonton secara langsung bisa jadi terapi stress nih😂😂

    ReplyDelete
  6. Meski hanya pertunjukan ciri khas daerah namun Kabaret cukup bisa mengocok perut para penonton..

    Dari gambar-gambar diatas sudah jelas dari penampilannya yang begitu jenaka..😄😄

    ReplyDelete
  7. ya ampun mas, aku pengen banget nonton ini. huhu
    btw tiap hari ada po mas?

    ReplyDelete
  8. sayangnya di surabaya masih belon ada
    hehe

    ReplyDelete
  9. Waah, kalo di Makassar acara kayak ginian ngga ada deh sepertinya. Ada unsur LGBTnya tapi banyak juga ya mas penikmatnya. Apalagi banyak unsur komedi yang dihadirkan. Pasti rame. Hehe

    ReplyDelete
  10. Aku langsung tutup mata lihat mas-mas itu di cuim.
    Hahah lucu sekali ya, kayaknya seru banget pementasanya..

    ReplyDelete
  11. Aku juga pernah nonton kabaret waktu di raminten yogya

    ReplyDelete
  12. liat foto-fotonya seru banget ya. pasti lebih seru lagi kalau bisa liat langsung ya. sayang nggak bisa . mana totalitas banget kayaknya

    ReplyDelete
  13. Setujuuu..Jogja adalah rumah bagi segala keberagaman yang harus tetap dijaga.
    Saya respek dengan mereka yang terlibat dalam pertunjukkan ini. Semoga nantinya tempat pertunjukan kebih layak lagi. Agar lebih manusiawi :)

    ReplyDelete
  14. Astagaaaaa kok kocak 🤣 aku kira itu aming ternyata bukan. Meskipun nontonnya mendongak tapi seru ya nonton kabaret

    ReplyDelete
  15. Yaampun, ada kabaret gitu juga ya ternyata. Pernah nonton kabaret rasanya seru banget deh...

    ReplyDelete
  16. Walah,pas awal baca dan nonton videonya aku udah mikir ini pasti pemainnya banci. Ternyata bener,aku mah yah kalo aku gak berani nonton mas,daritadi baca juga takut sendiri. Aku ndak tahu kenapa saban lihat banci gak berani dekat2. Dulu waktu kecil dekat rumah ada banci yang suka mainin musik kaya kecapi pake baju Jawa depan rumah, lah kalo paa aku lihat pas langsung tutup pontu sama jendela terus nangis ketakutan gt,sampe sekarang,he... kadi kayaknya nonton kesenian itu skip dulu,daripada ganggu penonton lain yah,hehe.

    ReplyDelete
  17. wah pinginnnn.....
    kesana ah kalo ke Jogja :)

    ReplyDelete
  18. Kalau dulu waktu aku masih single pernah beberapa kali nonton pertunjukan seni. Tapi kalau kabaret belum pernah. Pasti seru ya mas.

    ReplyDelete
  19. jogja adalah kota yang penuh dengan tata krama,semoga kota jogja bisa menjadi kota pemberi inspirasi untuk kota-kota lainnya di indonesia

    ReplyDelete
  20. Wah lawak juga nih sepertinya. Kalo ke jogja boleh juga deh sempatkan nonton ini. Jogja memang istimewa


    Salam
    www.kidalnarsis.com

    ReplyDelete
  21. Saya yang orang jogja malah belum pernah nonton...cuma pernah mampir makan di raminten di kotabaru. Ini pemiliknya sama dengan mirots batik tempat kabaret show digelar..

    ReplyDelete
  22. Seruuuu...bacanya. Aku belum pernah nonton kabaret live gini. Mesti diagendakan nih kayaknya.

    ReplyDelete
  23. Sudah mampir kesini juga ya mas Ikrom. Dulu awalnya saya bingung, ini pertunjukan apa kok syantiek2 bak diva. Eh ternyata emang pertunjukan lipsing dan bergaya. Hihi

    ReplyDelete
  24. Ini tulisan yang sama di Kompasiana, ya, mas?

    Kemarin itu kayak e aku sempet lihat share-share'an yang mampir ke Museum Unyil apa mana itu? Bukan tulisan di blog ini ternyata, ya? Tak cari kok kayak e enggak ada. Apa di kompasiana juga? Pengen baca yang tulisan unyil itu sebener e. Hehe...

    ReplyDelete
  25. Kalo ga salah satu kali aku nonton pertunjukan ini di Jogja. Kocak dan asik .. ngakak sampe sakit perut... Duhh rindu Jogja Istimewa

    ReplyDelete
  26. ramintennya sih aku prnh dtgin. tp blm pernah liat kabaretnya :D. seru yaaaa kayaknyaaaaa... ga tau deh suamiku mau ato ga kesana. soalnya, dia jujur aja paling takut ama banci, karena punya pengalaman buruk wkwkwkwkwk....

    ReplyDelete
Next Post Previous Post