Suara Renyah Penyiar Radio yang Selalu Istimewa


Ceria di udara simpati di hati…

Radio Andalus…..


Wah, saya masih hafal opening dari salah satu radio di Malang ini. Memiliki nama lengkap Andhika Lugas Swara, radio yang memiliki Frekuensi 91.1 FM tersebut menjadi salah satu stasiun radio favorit di Kota Malang. Kalau Anda pernah tinggal di Malang dan sefrekuensi dengan saya, maka alasan utama menggemari radio dengan sapaan cendekiandalus bagi para pendengarnya itu adalah adanya siaran misteri yang berjudul “Keramat”.

Narasi suara angin yang berembus, derak langkah sepatu entah siapa itu, hingga suara pintu dan jendela yang tiba-tiba terbuka, membuat memori itu masih saja hinggap di otak. Acara yang berlangsung setiap kamis jam 10 malam ini menjadi salah satu acara radio favorit saya saat masih senang mendengarnya. Suara sang announcer, Anton Kenang begitu istimewa. Tenang, berat, dan begitu misterius. Meski kadang saya juga menyangsikan cerita horor yang dituturkan oleh announcer ataupun para peneloponnya, tetap saja bulu kuduk saya merinding.


Hampir semua warga Malang yang gemar mendengarkan radio sepakat bahwa Keramat adalah ikon acara radio di kota ini. Selain keramat, ada beberapa acara radio lain di Kota Malang yang juga menjadi ikon. Sebut saja Edan Bola RCB FM yang khusus mengupas sampai detail tim Arema Malang yang selalu didengarkan oleh ayah saya hingga kini. AMKM (Anda Meminta Kami Memutar) dari KDS 8 FM juga banyak menjadi ikon sendiri di samping acara lainnya.
 
Memang, keberadaan radio paling banyak menyuguhkan acara musik dan talk show. Kalau saya sendiri, acara dangdut koplo yang diudarakan oleh Radio Tidar Sakti 90.3 FM pernah menjadi favorit saya juga. Mbak Lintang Adistia, menjadi salah satu penyiar favorit saya dengan acaranya yang bertajuk “Selendang Malam”.

Kegemaran saya mendengarkan siaran lagu dangdut koplo tersebut berlangsung saat saya duduk di bangku kelas XII SMA hingga awal kuliah. Alasannya, saya gemar bermain gim Ayo Dance di warnet dekat sekolah dulu. Kebetulan, lagu-lagu dangdut yang saya mainkan kebanyakan juga diputar pada acara tersebut. Tidar Sakti FM sendiri adalah salah satu radio dengan genre musik dangdut yang populer di Malang.

101. 3 MFM It’s My Life menjadi radio favorit saya yang lain. Radio ini cukup istimewa karena sebenarnya dimulai dari radio kampus STIE Malangkucecwara atau sering disebut dengan ABM. Selain MFM, ada beberapa radio kampus lain yang juga ada di Malang. Namun, menurut saya, MFM adalah radio kampus yang paling mentereng dan bisa disejajarkan dengan radio swasta atau publik lainnya.

Radio ini pun menjadi radio anak muda yang khusus memutar lagu-lagu ter-update masa kini, baik lokal maupun mancanegara. Saya sudah mengikuti siaran MFM ini sejak SMP lho. Saya lupa nama acaranya yang jelas saat itu saya bisa ber-SMS untuk berkirim salam entah kepada siapa biar terlihat keren dan saya rekam di pita kaset saat penyiarnya mengudarakan salam saya. Hingga sekarang, radio ini masih eksis dengan banyak penyiar muda yang memiliki talenta masing-masing.

Radio-radio di Malang memang penuh nostalgia.


Sayang, sejak saya kuliah semester akhir hingga sekarang saya malah hampir tidak pernah mendengarkan radio. Ekspansi ponsel pintar yang gila-gilaan membuat saya lebih senang mendengarkan You Tube atau pun podcast. Meski demikian, kalau saya lagi bosan dan suasana dunia seperti sekarang yang tidak menguntungkan, saya juga mulai mendengarkan radio lagi secara acak.


Suara renyah dari para penyiar menurut saya begitu menentramkan hati.

Enak saja didengar dan nadanya halus membuat segala penat di hati hilang. Menurut beberapa jurnal ilmiah, radio memiliki peran sebagai theatre of mind, sehingga berita atau warta yang disajikan harus dapat mengembangkan imajinasi dramatik para pendengarnya. Inilah yang berbeda dengan televisi ataupun media audiovisual lain.

Radio juga memiliki kedekatan lokal-emosional dengan para pendengarnya.


Artinya, antara penyiar radio dan para pendengarnya sebenarnya memiliki hubungan psikologis geografis secara interaktif. Bagi pendengar setia radio, pasti memiliki paling tidak satu penyiar favorit. Seperti halnya saya terhadap Mbak Lintang Adistia dan Mas Anton Kenang. Kedekatan inilah yang membuat suara renyah penyiar radio akan selalu terngiang. Hingga sekarang pun, saya masih ingat bagaimana intonasi mereka saat bersiaran meski saya lama tak mendengar suara mereka kembali.


Makanya, dalam telepon interaktif yang mengundang para pendengar, biasanya mereka menanyakan ke mana sang penyiar yang sedang tidak bertugas. Atau bahkan, sang penyiar sudah mengenai siapa pendengar yang sedang menelepon. Kedekatan inilah yang tidak dimiliki oleh acara televisi maupun channel YouTube.


Dalam kaitannya dengan pemberitaan Covid-19 yang semakin mengerikan akhir-akhir ini, radio bisa jadi pilihan lantaran keterbatasannya dalam menyampaikan peristiwa.


Ia hanya menyampaikan fokus pemberitaan, imbauan, dan pengumuman singkat terkait pandemi ini. Radio akan langsung menyelinginya dengan acara musik dan lainnya. Ini tentu berbeda halnya dengan televisi yang begitu eksklusif memberitakan secara detail sehingga otak kita akan terpacu untuk merasa cemas. Di radio, berita Covid-19 akan berselingan dengan musik jazz ataupun campursari yang membuat hati kembali pulih

Maka, meski banyak yang menganggap radio ketinggalan zaman dan tidak menarik, masih banyak orang yang mendengarkannya. Radio masih bisa didengarkan sembari melakukan kegiatan lain semisal memasak, mencuci, menulis, atau pun pekerjaan lain. Dan pada kesimpulannya, suara para penyiar radio masih begitu istimewa yang begitu renyah menentramkan hati di masa sulit ini.

Bagaimana dengan Anda, acara radio apa yang jadi favorit Anda?

11 Comments

  1. Eh aku setuju loh bagian radio seebagai theatre of mind, yang menggambarkan perannya sebagai bentuk pertunjukan tapi visualnya diolah dalam pikiran, jadi pendengarnya lah yang berimajinasi sendiri tentang apa-apa yang diulas sang penyiar, termasuk juga tampang penyiarnya, kira2 klo suaranya seempuk or serenyah mbak penyiar a,b,c atau mas penyiar a, b, c, aslinya kayak mn ya haha

    Ngomongin aktivitas mendengarkan radio, jaman SD-SMP-SMA nih yang sering kulakukan. Maklum jaman itu memang hiburannya kalau mau denger lagu2 teruptodate ya by radio. Klo tv banyak iklannya, males, pun yang disetel band atau penyanyi itu2 aja, beda dg radio yang di chart dari 10 sampai nomor 1 nya. Terus paling asyik denger salam-salaman, siapa tau kenal dengan nama yang disebutin, misal teman sekolah atau kakak kelas kkkk

    Terus kalau yang siaran misteri aku pernah ngalamin masa2 SD pokoknya wediii banget tiap kali denger iklan siaran misterinya, padahal baru iklannya tok yang diawali dengan suara anjing melolong huk huk huk auuuuuuuuuuuuuuuuum oooo huk huk kek gitu, terus buru2 takkecilin puteran tombolnya haha,

    Ada lagi crita bangkit dalam kubur, ini juga ga kalah medeni serasa mbayangine bener2 gerakan tangan berkuku tajam njuk mencuat dari gundukan kuburan, wakakakkk..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya jadi mbayangin penyiarnya gimana gitu ya mbak seru seru asyik

      radio juga lagunua variatif
      oh ada juga ya siaran misteri tapi jadi lebih horor si hahaha

      Delete
  2. Saya aktif ndengerin radio itu juga jaman SMA. Apalagi waktu itu pas awal2 punya Hp. Otomatis masih seneng-senengnya kirim salam ke acara musik pop di radio. Tapi radio baru yang notabene belum terlalu populer di sekitar Purworejo. Hahaha. Ya, maklum, biasanya kan kalau radio baru mengudara, masih jarang banget punya program. Jadi, dulu sering tak dengerin karena hampir setiap jam itu isinya musik-musik doang.

    Kalau penyiar favorit, nggak punya. Tapi, ada satu penyiar yang cukup populer. Namanya mbak desi. Eh, lhakok tiba-tiba malah jadi tetangga samping rumah, karena dia nikah sama tetangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas lebih suka yg banyakan musik ya tapi seru juga kalau pernah ketemu penyiarnya hahaha

      Delete
  3. jujur dari dulu gue nggak pernah ngedengerin radio. karena zaman dulu kalah populer sama tv dan sekarang kalah sama gadget. tapi sekarang, entah karena ikut trend atau memang demen, gue jadi seneng denger podcast. karena pesan yang disampaikan hanya lewat suara saja itu sangat membekas bagi gue. mungkin karena kita butuh fokus lebih buat denger kemudian menyerap informasi yang disampaikan.

    nice artikel.

    ReplyDelete
  4. Dulu mah sering denger radio, sekarsng udh ga pernah lagi semenjak ada yutub dll, padahal dulu denger radio krn denegrin suara penyiarnya itu keren, ngebayangin artis gitu 😁

    ReplyDelete
  5. Aku mantan penyiar radio swasta sekarang malah jarang denger radio

    ReplyDelete
  6. Aku mantan penyiar radio swasta.malahjarang denger radio sekarang

    ReplyDelete
  7. Hallo, Edo Tidar Sakti disini. Terima kasih sudah menyematkan video saya waktu siaran ke dalam artikel ini 😀

    ReplyDelete
Next Post Previous Post