Lavander, Ikatan Persaudaraan Erat dari Para Buruh Cuci di Laguna, Filipina


Buruh cuci bisa jadi salah satu pekerjaan yang cukup dianggap remeh. 

Bukan saja perannya yang mulai tergeser oleh menjamurnya usaha laundry dengan mesin canggih nan cepat, tetapi keberadaan mereka juga kerap dianggap mewakili kasta ekonomi paling rendah dalam masyarakat.

Walau demikian, eksistensi mereka hingga kini tetaplah kontinyu. Terlebih, di negara berkembang yang masih menjaga tradisi untuk melakukan kegiatan mencuci pakaian secara manual. Seperti halnya di Fipina yang masyarakatnya banyak yang berada di bawah garis kemiskinan.

Namun, di Filipina buruh cuci tak sekadar hanya sebatas pekerjaan. Profesi ini ternyata menjadi salah satu profesi andalan bagi beberapa perempuan yang tinggal di Nagcarlan. Sebuah kota yang berada di Provinsi Laguna, Region IVA (Calabarzon).

Para buruh cuci di Filipina

Ada sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa perempuan buruh cuci di sebuah sumber air. Mereka setiap harinya mencuci berbagai jenis pakaian dari warga desa mereka yang membutuhkan jasa cuci baju. Tentu, mereka mencuci baju langganan mereka secara manual.

Baca juga: Bedol Desa Asyik ala Artis Filipina 

Yang membuat unik adalah selain menggunakan papan cuci, mereka juga menggunakan tongkat pemukul agar hasil cucian bisa lebih cepat bersih. Kotoran pun lebih cepat terangkat dan tentunya mengurangi tenaga mereka untuk mencuci baju. Alhasil, jumlah pakaian yang mereka cuci pun bisa jauh lebih banyak.

Cerita unik pun tak sebatas cara mereka mencuci tetapi pada ikatan erat yang terjadi diantara mereka. Bekerja dalam lahan yang sama ternyata tidak membuat mereka bersaing. Malah, mereka seperti saudara sendiri antara satu buruh cuci dengan buruh cuci lain. Bahkan, mereka mendirikan perkumpulan yang bernama Lavander’s Assosiation.


 

Perkumpulan ini berisi beberapa wanita perkasa yang sudah lama menjadi buruh cuci. Salah satunya adalah Merlita Compareno. Ia adalah seorang janda yang harus menghidupi anak-anaknya lantaran suaminya meninggal dunia akibat sering minum-minuman keras.

Para buruh cuci bersiap ke sumber air.

Akibat perilaku suaminya ini, ia pun sempat melampiaskan diri juga meminum-minuman keras terlebih setelah berkenalan dengan pria baru. Meski akhirnya tetap menjanda, Merlita pun juga sulit menghilangkan kegiatan minum mimuman keras ini bahkan saat mencuci. Hanya saja, berkat bantuan dari rekan-rekannya, ia mulai bisa mengurangi kebiasaan buruk tersebut dan mulai menggantinya dengan air putih.

Baca juga: Melirik Rivalitas Dua Raja Pertelivisian Filipina

Ikatan persahabatan yang erat dari mereka juga ditunjukkan dengan saling berbagi makanan atau minuman yang mereka bawa. Agar pekerjaan mereka tidak terganggu dan mereka tetap dapat menikmati makanan atau minuman tersebut, mereka pun meletakkannya pada sebuah ember besar.

Nantinya, ember tersebut akan digerakkan mendekati buruh cuci yang ingin makan atau minum. Selain minuman keras, ada beberapa makanan dan minuman lain seperti es krim, keripik, dan beberapa makanan berat yang sering mereka bersama.

Berbagi makanan dan minuman lewat ember

Kekompakan mereka juga kerap diuji ketika ada salah satu rekan mereka yang sakit atau tidak enak badan. Bukan rahasia umum, mencuci baju mulai pagi hingga siang tentu membutuhkan stamina prima. Apalagi, kebanyakan dari mereka adalah para perempuan berusia di atas 40 tahun. Beberapa diantaranya sudah mulai menujukkan gangguan kesehatan semisal jantung.

Itulah yang dirasakan oleh Sergia Moraleja yang juga merupakan ketua dari perkumpulan pata binatu ini. Saat enak-enak mencuci, ia kerap merasa mudah lelah dan mengalami gejala penyakit jantung. Untungnya, rekan-rekannya selalu sigap membantunya dan menyuruh sang senior ini istirahat. Meksi demikian, Sergia tidak bisa saja meninggalkan pekerjaannya itu karena menyadari tanggung jawab pada pelanggannya dan biaya hidup yang harus ia emban.

Para buruh cuci mengambil pakaian dari pelanggan

Semangat untuk tetap bekerja juga dirasakan oleh Lina Cuadra yang harus tetap menghidupi anak-anaknya karena sang suami telah meninggal sejak 2007. Walau beberapa anaknya sudah menikah, tetapi lantaran himpitan ekonomi yang melanda, ia juga tetap terus berusaha menjalankan kewajibannya sebagai buruh cuci dengan sebaik-baiknya.

Para binatu tersebut memang tangguh. Mereka juga beruntung bisa saling menyemangati satu sama lain. Tak hanya itu, jika saat sedang istirahat makan siang, anak-anak mereka juga kerap membawakan makanan dari rumah untuk dimakan di sana. Peran keluarga ini sangat berguna bagi mereka untuk tetap kuat berusaha maksimal untuk mencari nafkah.

Anak-anak membawakan makan siang bagi ibu mereka yang bekerja

Momen paling mengharukan adalah ketika anak, menantu, dan cucu dari Lina beramai-ramai datang ke sumber air sambil membawa makanan beraneka ragam. Ada ikan asin goreng, sambal, dan beberapa makanan lain. Pada jam istirahat mencuci, mereka pun menggelar makanan tersebut dan makanan bersama. Sungguh, melihat momen kebersamaan mereka ini rasanya amat terharu.

Lina makan siang bersama anak, menantu, dan cucunya saat istirahat

Perkumpulan binatu ini menjadi salah satu khas yang ada di negara Filipina dan bisa jadi tidak dimiliki oleh negara lain. Dari kisah mereka, timbul pelajaran amat berharga bahwa apapun profesi yang kita jalani, asal kita menjalaninya dengan sebaik-baiknya, maka akan amat berharga.

Tak hanya itu, ikatan erat dengan sesama profesi yang kita tekuni juga merupakan kunci karena mereka bukanlan pesaing melainkan saudara yang juga bisa saling membantu jika ada yang membutuhkan. Dan tentunya, peran keluarga juga amat penting serta begitu beratnya perjuangan seorang ibu bagi keluarga yang harus kita hormati sampai kapan pun.

 

***

Sumber Gambar: GMA TV

17 Comments

  1. salam hormat untuk para ibu di seluruh dunia, sungguh aku baru tahu mas kl ternyata di Filipina masih ada perkumpulan ibu2 yang mengadu nasib dengan menjadi buruh cuci.. semoga mereka sehat2 selalu, bahagia selalu. ikutan terharu liat foto2 dan video di atas, huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mereka benar benra berdedikasi
      dan harus dihormati ya mbak

      Delete
  2. Benar-benar ikatan persaudaraan yang begitu erat dan sukar rasanya didapati di ikatan perkumpulan lain. Btw masih ada ya buruh cuci di negara Filipina, saya pikir Filipina ini sudah jadi negara maju yang jauh di atas kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. filipina jauh lebih di bawah ekonominya daripada Indonesia mas

      makanya masih banyak buruh cucinya

      Delete
  3. Keren juga ya mas ada perkumpulan binatu manual ala ibu ibu ini, mana ada keunikannya lagi yaitu alat cucine pake pemukul ben cepet resik wekekek

    Tapi salah satu profil ibu pencucine juga agak nelangsa ya mas, jadi janda akibat suaminya meninggal karena hobi miras, huhu

    Untung beliau masih bisa bangkit mengais nafkah

    Btw, sing terakhir dikirimi makanan go dimaem bareng2 enak ada ikan asine mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kasian ya mbak huhu
      tapi memang kuat kuat mereka

      hahahha iya ada ikan asinnya dimakan sama pisang biasanya

      Delete
  4. Luar biasa para ibu di Philipina ya, mereka kompak dalam bekerja sebagai tukang cuci bahkan membentuk sebuah perkumpulan. Kalo disini sepertinya masih sendiri sendiri.😄

    Jadi tukang cuci memang harus punya tenaga kuat buat ngucek dan mukul biar kotorannya cepat hilang mas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas harus kuat dan termapil
      biar cepet ilang kotorannya

      Delete
  5. Mereka benar-benar kompak ya, ada perkumpulan dan saling support. Mencuci manual itu menguras tenaga, berat. Semoga mereka sehat-sehat selalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbak sangat menguras tenaga
      iya semoga sehat semuanya ya

      Delete
  6. Aku yang cuma nyuci berapa potong baju aja kadang sok pegel lho, misal harus ngucek-ngucek sambil jemur-jemur.

    Lha ibu-ibu ini sanggup nyuci sebanyak itu. Strong women sih. Apalagi usia mereka juga udah sepuh. Salut buk!

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mas apalagi aku yg terbiasa mesin cuci huhu

      Delete
  7. wah unik ay punya wadah tersendiri, buruh cuci, hebring

    ReplyDelete
  8. Filosofinya bagus mas.. pekerjaan yang sama tapi saling membantu untuk berkembang.

    Patut ditiru para blogger neh.. hahaha tidak perlu bersaing, tetapi harus bekerja sama dan berkembang..

    Btw keren ceritanya mas Ikrom.. sukaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar kalau bisa saling mendukung kenapa harus bersaing ya pak

      Delete
  9. Wah.. Kisah yang unik mas, memang apapun pekerjaan kita asalkan itu halal maka nggak masalah selalu ada rezeki yang Allah berikan. Semoga ibu-ibu itu diberi kesehatan dan umur panjang😊
    Suatu hari nanti anak-anaknya akan bangga dengan perjuangan si ibu2 ini.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post