Empat Hari Tiga Malam di Puerto Rico (aka Purwokerto) – Bagian 5- Habis

Taman Balekemambang Purwokerto
Taman Balekemambang Purwokerto

Selepas makan siang di dekat GOR Satria, saya memutuskan kembali ke penginapan untuk tidur siang.

Dimas masih memberi saya extra service pada sore dan malam hari untuk jalan-jalan. Alhasil, setelah energi saya pulih selepas boci, saya pun bersiap untuk  berpetualang kembali. Alhamdulillah, sepatu saya sudah kering. Mas pegawai penginapan menaruh sepatu saya di belakang kulkas dapur. Jadi, meski hari itu tidak ada sinar matahari, sepatu saya bisa kering.

Yang belum baca bagian sebelumnya....

Bagian 1

Bagian 2

Bagian 3

Bagian 4

Sungguh, service receh tapi berarti macam ini malah yang membuat saya sebagai tamu benar-benar merasakan pelayanan maksimal. Kita tidak tahu kejadian apa yang menimpa kita dan pengelola penginapan yang baik bagi saya meski tidak memberikan fasilitas yang wah tetapi pegawai ramah dan bisa diandalkan menjadi poin plus tersendiri.

Sore itu, Dimas megajak saya ke Taman Bale Kemambang. Taman ini berada di Purwokerto Utara dan berjarak kurang dari 3 km dari penginapan saya. Dikelola oleh Pemkab Banyumas, pengunjung hanya perlu membayar tiket sebesar 5.000 rupiah per orang. 

Taman Balekemambang Purwokerto
Taman Balekemambang Purwokerto

Di sini, berbagai lampion menarik nan indah terpasang apik dengan danau buatan di bagian tengahnya. Banyak tempat duduk di bawah pohon rindang yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk bersantai. Waktu terbaik untuk mengunjungi taman tersebut adalah saat sore menjelang petang.

Taman Balekemambang Purwokerto
Taman Balekemambang Purwokerto

Saat itu, kita sekalian bisa naik ke puncak sebuah gardu  pandang dengan pemandangan Gunung Slamet yang menjulang. Hamparan sawah yang menghiau juga menjadi penyedap mata lantaran taman ini berada di pinggiran Puwokerto. Dari atas gardu pandang, kita juga bisa memandang aktivita warga Banyumas yang sedang menghabiskan liburan di sana. Liburan murah tetapi dengan kualitas yang tidak murahan.

Taman Balekemambang Purwokerto
Gunung Slamet

Menjelang magrib, saya meminta Dimas melipir di sebuah musala yang tidak jauh dari Pasar Manis. Alasannya, selepas salat, kami mau kulineran di sana. Di pasar tradisional tersebut, rupanya berdiri aneka tenda makanan yang hanya buka di malam hari. Saya memilih menu nasi goreng sebagai menu malam terakhir di Purwokerto.

Dengan merogoh kocek 10.000 rupiah, sepiring nasi goreng dengan porsi cukup banyak pun saya dapatkan. Rasa nasi gorengnya pas, meski cenderung manis, tetapi takarannya cukup. Perpaduan rasa manis dan sedikit pedas dari merica membuat saya ketagihan. Oh begini toh lidah orang Purwokerto dalam memasak nasi goreng.

Nasi Goreng Pasar Manis Purwokerto

Lepas kenyang menghabiskan nasi goreng, saya meminta Dimas untuk mengantarkan saya ke Stasiun Purwokerto. Saya mau check in dulu di sana agar esok pagi tak perlu melakukannya. Saya takut bangun kesiangan dan harus antre dengan calon penumpang lain.

Stasiun Purwokerto malam itu masih ramai penumpang. Berbagai kereta, baik dari Jakarta, Semarang, Jogja, Surabaya, dan Malang silih berganti berdatangan. Meski bukan stasiun terminus, Purwokerto menjadi stasiun sentral di Daerah Operasi 5. Banyak penumpang yang berganti kereta (transit) karena stasiun ini merupakan penghubung jalur utara dan jalur selatan kereta api di Pulau Jawa. Tak perlu lama untuk melakukan check in karena banyak counter check in mandiri sudah disediakan. Saya pun pamit kepada ikon Bawor – ikon Punawakan khas Banyumas – yang menjadi petugas PPKA di sana.

Ikon Bawor Stasiun Purwokerto
Ikon Bawor Stasiun Purwokerto

Malam terkahir di Putwokerto saya habiskan dengan duduk-duduk sambil ngeteh dan ngopi di Alun-Alun Purwokerto. Landmark ini benar-benar riuh oleh para pengunjung dari berbagai kota. Sebenarnya, Purwokerto juga asyik digunakan untuk menghabiskan malam jika kita bosan dengan suasana Malioboro Jogja. Harga makanan dan minumannya juga murah. Banyak tempat duduk dan atraksi juga. Dan yang saya suka, kemacetan parah tidak terjadi di sana.

Alun-alun Purwokerto

Rasanya berat meninggalkan Purwokerto malam itu. Saya sudah jatuh hati sama suasananya dan keramahan orang-orangnya. Hanya saja, beberapa tempat wisata – terutama sejarah – tidak memberikan informasi yang jelas mengenai jam operasionalnya. Padahal, Purwokerto juga memiliki banyak tempat wisata sejarah menarik yang patut dikunjungi. Selama ini, hanya wisata alam Baturraden yang menjadi andalan Purwokerto dalam menggaet para wisatawan.

Tidak hanya itu, keberadaan Trans Jateng Purwokerto-Purbalingga juga seharusnya bisa dimaksimalkan kembali. Paling tidak, informasi mengenai tempat wisata yang bisa dituju juga dapat diberikan agar wisatawan yang tidak menggunakan kendaraan pribadi bisa menggunakannya. Harapan juga tersemat pada penambahan jalur Trans Jateng agar bisa sampai ke Banyumas melewati Sukaraja dan Pabrik Gula terbengkalai di daerah tersebut. Asli, jika wisata sejarah ini dikelola baik oleh Pemkab Banyumas, maka tidak mustahil nama Purwokerto semakin terkenal dan banyak dikunjungi. Tidak sekadar untuk tempat transit naik kereta saja.

Saya berbincang lama dengan Dimas hingga tak terasa waktu menunjukkan jam 10 malam. Saya menyudahi jalan-jalan malam itu karena esok pagi jam 5 saya harus sudah di atas kereta api Logawa. Dimas pun mengantar saya ke penginapan dan kami pun berpisah setelah sebelumnya saling mengikuti Instagram. Kalau saya ke Purwokerto lagi, dia akan yang saya hubungi siapa tahu bisa mengantar saya lagi.

Lantaran suah capai, saya tertidur pulas dan bangun sekitar jam setengah 4 pagi. Saya langsung mandi meski cuaca amat dingin sembari memesan ojek daring. Taktik ini cukup ampuh juga karena hampir setengah jam saya baru mendapatkan driver. Setelah berkemas sebentar, saya pun check out dan mengucapkan banyak terima kasih kepada petugas penginapan lantaran banyak membantu saya. 

Stasiun Purwokerto

Driver ojek daring menjemput saya tepat waktu. Dengan mata masih mengantuk, saya pun berangkat ke Stasiun Purwokerto. Selepas keberangkatan Kereta Api Kamandaka tujuan Semarang, kereta api Logawa yang saya tumpangi pun bersiap berangkat. Akhirnya, saya pun meninggalkan Purwokerto yang sebenarnya berat untuk saya tinggalkan. Memang benar, julukan kota pensiun benar-benar layak tersemat pada kota semu yang kini semakin pesat perkembangannya.

6 Comments

  1. Wahh Syukur Alhamdulillah perjalanan Ke puerto rico 🤣 kala itu berjalan lancar ya Mas Ikrom. Terimakasih sudah berbagi pengalaman dan jalan2 virtualnya..

    Semoga saya bisa kesana juga...

    Saya masih penasaran sama Rita Mall.. 🤣🤣 kenapa namanya Rita ya?? Apa karena pemiliknya keluarga Rita 😅. Tapi dia ini cabangnya dimana2.. kaya Ramayana ..

    Ini nih perjalanannya pas masih Asian Games ya.. saya juga dlu pas Asian Games sempat jalan2 ke Jakarta.. rammeee banget banyak bulee.. 🤣🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkw alhamdulillah ya mas
      iya nih aku juga penasaran klo di jateng banyak banget Rita Mall

      ini akhir 2018 makanya masih ada sisa sisa asian games


      wah seru tuh mas perjalannnya

      Delete
  2. Astaga, sebagai orang Purwokerto asli yang udah 2 tahun ga mudik aku nangis melihat ini mas, kangen banget sama kampung halaman.

    Kangen makan sroto sokaraja, mendoan juga gethuk goreng, meskipun di Jakarta juga ada tapi beda pastinya sama yg di Purwokerto.

    Kangen suasananya, kangen orang2nya yg khas dengan logat ngapaknya, akupun ngapak tulen wkwkwkk

    Aku malah belum sempat ke Bale Kemambang mas, padahal sering bgt lewat, kalau mudik biasanya liburannya ke atas, daerah Baturraden dan sekitarnya, dulu SMA aku di SMAN Baturraden loh wkwkkw jadi udah hafal sama daerah sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oalah mbak dari Puerto Rico juga eh Purwokerto maskudnya...
      daerah Baturraden juga enak banget daerah situ mbak adem suasananya enak aja

      soto sokaraja enak banget tapi tempe mendoan bagiku adalah juara mana murah lagi hehe

      wkwkwk aku sering engga paham klo orang ngomong ngapak tapi seru juga dengernya...

      Delete
  3. menarik juga ya jalan jalan di purwokerto, dulu aku mikir ada apaan disana, ternyata buanyakk
    alun alunya deket mall juga, banyak makanan pastinya hahaha
    padahal Logawa kan lewat purwokerto ya, tapi aku ga pernah turun sampe sana

    si dimas baik banget ya mas Ikrom, yampunn aku mau deh di guide-in sama dia #lahhh

    semoga bisa main main juga ke sana ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga dulu mikir gtu mbak
      taunya cuma baturraden aja

      huum logawa sampe sini tapi lumayan lama kalau dari jember soalnya kan ujung ke ujung mbak hehe

      hahahahah boleh boleh asyik kok anaknya

      Delete
Next Post Previous Post