Feeder Teman Bus Solo, Contoh Nyata Keberhasilan Revolusi Angkot Lewat Sistem 'Buy The Service' (BTS)

Angkot feeder teman bus solo
Seorang penumpang keluar dari Feeder Teman Bus Koridor 10 di Benteng Vestenburg Solo


Moda transportasi mikrolet/angkot/lyn adalah salah satu moda transportasi sejak lama digunakan di berbagai kota.

Sayangnya, keberadaan mikrolet atau angkot tersebut kini semakin memprihatinkan. Banyak masyarakat yang tak mau lagi naik angkot karena dianggap tidak efektif. Mereka harus menunggu lama dan kadang ketersediaannya belum pasti. Terlebih, transportasi online yang kian menjamur menjadi salah satu faktor angkot semakin ditinggalkan.

Banyak angkot pun tak lagi bisa melayani penumpang. Sebagian diantaranya harus teronggok di pinggir jalan raya. Sebagian lain harus beralih fungsi menjadi kendaraan carteran untuk berbagai kegiatan. Mulai dari wisata, hajatan, hingga sarana angkutan barang. Lambat laun, angkot pun semakin tersisihkan terutama di kota-kota yang tidak memiliki tata kelola transportasi publik yang baik. 

Baca juga: Akhirnya Saya Bisa Membedakan antara Trans Jateng dengan Trans Semarang

Namun, pada beberapa kota, eksistensi angkot mulai dinaikkan kembali. Jakarta adalah salah satu kota yang mulai memberdayakan angkot dengan maksimal. Selain Jakarta, Solo juga memiliki sistem transportasi angkot memadai.

Jika Jakarta terkenal dengan mikrotrans, maka Solo juga mengenal konsep serupa dengan nama feeder Batik Solo Trans (FS). Namanya feeder, maka angkot digunakan sebagai pengumpan penumpang yang akan naik ke transportasi lain yang lebih besar, semisal BRT, KRL, atau MRT. 

Masalah Klasik Angkot Konvensional

Masalah yang dihadapi sopir angkot konvensional adalah ketidaktenangan mereka dalam menjalankan angkot setiap hari. Mereka harus berpacu dengan setoran minimal yang harus dipenuhi. Jumlah setoran per hari pun kadang tak main-main. Sebelum covid, saya pernah berbicara dengan salah satu sopir angkot di Malang yang harus menutup setoran sebesar 150 ribu rupiah. Itu belum termasuk uang bensin yang bisa saja setiap hari mereka harus mendapatkan uang minimal 200 ribu rupiah. 

Baca juga: Asyiknya Bayar Tiket Pakai Sampah untuk Naik Suroboyo Bus

Dengan asumsi ongkos satu penumpang sebesar 5.000 rupiah, maka mereka harus mendapatkan setidaknya 40 penumpang setiap hari untuk bisa menutup uang setoran dan uang bensin. Padahal, dalam satu hari, rata-rata sang sopir hanya mendapatkan tak sampai 25 orang penumpang. Malah, pernah pada satu perjalanan, ia tak mendapatkan satu penumpang pun. Atas alasan ini, banyak sopir angkot yang ngetem lama di suatu tempat dengan tujuan mendapatkan penumpang. Alhasil, penumpang pun tidak nyaman dan akirnya beralih ke transportasi online

Konsep Buy The Serrvice dengan Prinsip 6K

Berbeda dengan sistem angkot konvensional, konsep berbeda dilakukan di Jakarta dan Solo. Saya tidak tahu secara pasti bagaimana konsep mikrotrans di Jakarta tetapi saya rasa hampir mirip dengan angkot yang ada di Solo. Angkot yang ada di kota jantung dari Jawa itu memiliki sistem Buy the Service (BTS).

Sistem ini dikelola oleh Kemenhub dengan konsep dasar pembelian layanan angkutan kepada operator angkot. Jadi, pemerintah membeli jasa mereka dalam rumusan tertentu. Patokan mereka bukan lagi jumlah penumpang tetapi jarak per kilometer yang ditempuh angkot selama satu hari. Jadi, sopir angkot tak lagi bingung dengan jumlah setoran tetapi harus fokus berjalan sesuai jalur mereka tepat waktu. Ada atau tidak ada penumpang yang penting mereka tetap jalan dan akan mendapatkan penghasilan secara pasti. 

Angkot feeder teman bus solo
Sebuah angkot feeder Teman Bus Solo melintas di kawasan Palur, Sukoharjo.


Meski demikian, dalam konsep BTS, angkot yang berjalan harus sesuai Standar Pelayanan Minimal. Beberapa poin yang menjadi patokan adalah keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Mudahnya, angkot harus bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat dengan mudah. Mereka akan mendapatkan layanan perjalanan angkot dengan aman dan nyaman. Mereka pun dapat mengakses angkot dengan cepat dan dengan waktu yang tepat. Tidak perlu menunggu lama lagi sampai ada pemenang Miss Universe seorang laki-laki. 

Baca juga: Pengalaman Seru Naik Bus Tumpuk Suroboyo Bus

Konsep 6K ini yang beberapa waktu lalu diagungkan oleh buzzer transportasi dengan hastag #Transmate –nya sudah saya dapatkan di Kota Solo. Saya memang mengapresiasi Kemenhub meski saya bukan buzzer yang dibayar di Twitter. Lantaran, saya sudah membuktikan langsung ketika ada urusan di salah satu RS di Solo. Dari Kartasura, saya tak mengeluarkan uang sepeser pun alias gratis untuk sampai ke kota tujuan. 

Pembangunan Transportasi Secara Fisik dan Sosial Budaya

Angkot di Solo atau Feeder Teman Bus Solo (FS) untuk sementara tidak menarik biaya penumpang alias gratis dalam layanan transportasi mereka. Namun, penumpang wajib memiliki kartu e-money (BCA Flazz/e-money Mandiri/BRIZZI/Tap Cash BNI) ketika akan naik. Kartu ini harus dipindai pada mesin yang telah disediakan. Mesin tersebut berada di dekat sopir yang selalu mengenakan seragam dalam setiap aktivitasnya. 

Angkot feeder teman bus solo
Seorang pengemudi Feeder Teman Bus bersantai di Halte Pasar Klewer sembari menunggu jadwal berangkat.


Penumpang yang berada di dekat sopir seyogyanya membantu penumpang di kursi belakang jika ingin melakukan tap kartu. Selama perjalanan naik feeder Teman Bus Solo, saya selalu terbantu oleh penumpang yang berada di bagian depan. Mereka langsung tanggap ketika saya memberikan kartu e-money milik saya dan mengoperkannya ke sopir. 

Angkot feeder teman bus solo
Mesin tap e-money yang berada di dekat sopir

Tentu, ucapan terima kasih dalam bahasa Jawa saya ucapkan sebagai timbal balik atas kebaikan mereka. Demikian pula dengan penumpang lain. Saya juga salut kini banyak simbah-simbah yang bepergian terutama ke pasar tradisional tak pernah lupa membawa kartu e-money mereka untuk naik angkot.

Angkot feeder teman bus solo
Kondisi tempat duduk feeder Teman Bus Solo yang nyaman dan full AC


Dari pengalaman ini, saya kembali merasakan keguyuban naik angkot yang telah lama hilang. Dulu, ketika masih sekolah saya merasakan keguyuban ini ketika penumpang di bagian depan mengoperkan uang ke sopir jika akan membayar. Penataan transportasi fisik pun akan berjalan dengan penataan di bidang sosial budaya. Tidak hanya itu, bagi penumpang yang baru pertama kali naik akan sering dijelaskan tata cara dan rute feeder teman bus oleh penumpang lain. Sesuatu yang langka saya temukan akhir-akhir ini. 

Baca juga: Akhirnya Keturutan Naik Bus Trans Jateng Kutoarjo-Borobudur

Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan angkot tidak lama. Saya hitung sekitar 5-10 menit. Ternyata, pihak Kemenhub sudah memberi aturan jika jeda antar angkot adalah 5 menit pada jam sibuk dan 10 menit saat jam biasa. Atas alasan ini, saya melihat ada tabel jadwal perjalanan angkot yang dipasang di dekat sopir. Inilah inti dari konsep Buy the Service bahwa pemerintah harus menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan baik di perkotaan atau pedesaan sesuai Undang-Undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jaminan ini tidak hanya pemerintah pusat, tapi juga harus dilakukan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Angkot feeder teman bus solo
Armada feeder Teman Bus Solo berhenti di Terminal Tirtonadi. Jika dulu saya pernah berkeluh kesah karena tidak adanya transportasi umum di Terminal Tipe A ini, kini hal itu tak terjadi lagi.

Kenyamanan di dalam angkot yang saya dapatkan pun juga memuaskan. Angkot harus dalam keadaan tertutup karena AC terpasang dengan benar. Lumayan dingin juga udara yang keluar dari AC. Sopir membuka dan menutup pintu mobil dengan tuas yang ada di dekat kemudi mereka. Jadi, ketika ada penumpang yang akan turun, ia sudah bersiap. Di dalam angkot juga tersedia handsanitizer dan tempat sampah yang bisa dimanfaatkan penumpang.

Ketika sopir keluar dari jalur dan tidak berhenti di tempat yang semestinya, maka akan berbunyi peringatan: “Hati-hati, pertahankan jalur Anda!”. Peringatan ini terus berulang manakala sang sopir lupa dengan jalur yang semestinya. 

Pembenahan yang Terus Dilakukan

Kelemahan tentu saja ada pada feeder Teman Bus Solo ini. Salah satunya adalah belum jelasnya palang tempat menunggu angkot. Penumpang memang tidak diperbolehkan naik dan turun sembarangan dan harus turun di tempat yang ditentukan. Masalahnya, kadang tanda pemberhentian angkot tidak mudah ditemukan, terutama di pinggir kota atau perumahan.

Meski demikian, pihak Kemenhub tetap berupaya agar kekurangan ini bisa dibenahi. Pada perjalanan malam hari menuju Terminal Tirtonadi, saya bebarengan dengan salah satu petugas Dishub. Beliau berbincang dengan sopir feeder Teman Bus Solo dan menanyakan problem apa dihadapi, baik oleh sang sopir maupun sang penumpang. 

Angkot feeder teman bus solo
Tanda pemberhentian feeder BST di dekat Polsek Pasar Kliwon


Sang sopir berkeluh kesah bahwa pada jam tertentu para sopir kesulitan mencapai lokasi yang ditargetkan karena adanya macet panjang akibat pembangunan jembatan. Ia juga bercerita bahwa penumpang juga kesulitan dalam mengakses tempat pemberhentian. Alhasil, mereka harus berjalan dulu dan sang sopir akhirnya menunggu penumpang berjalan. Padahal, ada waktu maksimal bagi sang sopir untuk berhenti di tempat pemberhentian.

Petugas Kemenhub pun lalu memotret tempat pemberhentian yang dimaksud di sebuah pertokoan dan meneruskannya kepada pihak atasan agar ditindaklanjuti. Dari pengalaman ini, saya sangat salut bahwa revolusi angkot yang tentu masih banyak kekurangan ternyata terus diperbaiki dan dicek secara berkala. 


Angkot feeder teman bus solo
Petugas Kemenhub memotret tanda pemberhentian feeder Teman Bus Solo yang kurang jelas di salah satu pusat pertokoan di Solo

Pengalaman menaiki feeder Teman Bus Solo ini menjadikan pelajaran penting bahwa sudah saatnya angkot direvolusi. Kini, tinggal menunggu bagaimana pihak Pemda mau berperan dalam bekerja sama dengan Kemenhub. Pro kontra tetap ada. Saya membaca berita beberapa waktu lalu ada demo sopir angkot di Makassar terkait pengoperasian BTS Teman Bus. Entah apakah mereka tidak dijadikan sebagai feeder atau ada masalah lain yang belum dapat dibicarakan dengan baik. Pengoperasian Trans Mamminasata pun terhalang.

Peran pemda dan pemerintah pusat kembali diuji. Apakah mereka bisa menjadi berperan dalam segitiga penumpang dan operator transportasi atau tidak. Yang jelas, kebutuhan masyarakat terhadap transportasi umum yang aman, mudah, tepat waktu, dan nyaman adalah kunci.


16 Comments

  1. Mantap .... Sistem pengelola transportasi Indonesia semakin bagus ya,Mas Ikrom. Terima kasih telah berbagi informasi. Selamat malam.

    ReplyDelete
  2. Ini harusnya di ikuti sama Kota lain.. kalau di Kota aku sendiri. Angkot itu menjamur banyaknya Mas Ikrom. Sangking banyaknya. Mereka kadang pada rebutan penumpang gtu which is ini ngebuat kita jadi nggak nyaman 🤔

    Jujurly, sejak ada gojek. Aku jarang banget naik angkot karena ya alasan itu salah satunya, sama ngetem yang terlalu lama.. nggak efisien dan efektif sih. Haha 🤪 tapi dulu pas SMA. Wahh favorit banget tuh sama angkot. Aku bahkan lebih pulang sekolah naik angkot, padahal jarak rumah-sekolah itu bisa ditempuh by jalan kaki. Wkwk 😂 tapi karena seru naik angkot.. aku jadi lebih milih naik Angkot walaupun harus muter2 dulu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. malah banyakn angkotnya ya mas dibandingkan penumpangnya
      iya kadang ugal2an gitu
      aku paling males kalau mereka jalan di sebelah kanan engga mau disalip hahah

      rute angkot memang kebanyakan muter2 gitu mas makanya klo naik harus sabar banget hehe

      Delete
  3. di kota kami malah jadi sangat langka jika di banding 5 tahun lalu. Pada akhirnya hal lama akan berganti dengan hal baru sesuai dengan kebutuhan zaman

    ReplyDelete
  4. Feeder bus solo ini salah satu contoh sukses mengangkat lagi derajat angkot yang makin terpuruk. Dengan sistem Buy the Service atau dibayar per kilo meter maka angkot akan langsung jalan biarpun tidak ada penumpang. Salut buat yang punya ide ini.😀

    Disini angkot sepi mas padahal sehari setorannya paling 90 ribu, kebanyakan naik motor atau mobil sendiri.

    ReplyDelete
  5. Benar2 keren ya angkotnya. Semoga saja d kota tmpt tinggal saya ada yg seperti ini kedepannya. Sangat membantu masyarakat yg kesulitan mendapatkan transportasi umum

    ReplyDelete
  6. di Surabaya udah jarang banget terlihat angkot/lyn
    padahal dari SMP sampe SMA, pake angkot terus tiap hari kalo ke sekolah

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga lihat di surabaya cukup sepi angkotnya

      Delete
  7. Bagus juga angkot sebagai feeder bus. Angkot itu sebetulnya bisa jadi ciri khas unik asal dikelola dengan baik.😃

    ReplyDelete
  8. setuju angkot adalah ciri khas unik

    ReplyDelete
  9. Waaah keren ya mas. Angkot nya cukup modern. Di Palembang, teman bus baru dipergunakan di Busway. Bus TransMusi.
    Kalau untuk angkot, blm ada hehee

    ReplyDelete
  10. Ah keren sangat ini. Di kotaku Sukabumi belum ada kaya gini.
    Mudah-mudahan jadi percontohan untuk transportasi di daerah lain sehingga sama-sama maju, modern, dan cashless

    ReplyDelete
Next Post Previous Post