'Full of Coconut'; Santap Sate Klopo dan Putu Ayu di Alun-Alun Mojokerto (Edisi Jalan-Jalan Lebaran di Mojokerto Bagian 2)


Alun-alun Mojokerto
Kondisi Alun-alun Mojokerto yang ramai

Sampai kapan pun, alun-alun akan menjadi tempat yang disinggahi kala berkunjung ke sebuah kota.

Walau kini  alun-alun dianggap kurang keren dibandingkan tempat wisata hits kekinian yang menjamur dengan segala spot fotonya, tetap saja alun-alun adalah magnet untuk berwisata. Sejak dahulu kala, tempat ini sudah menjadi tempat rekreasi berbagai kalangan masyarakat bersama keluarga.

Maka, Alun-alun Mojokerto juga menjadi jujugan saya pertama untuk beriwisata ke kota ini kala baru saja tiba dan istirahat sebentar di penginapan. Jarak antara penginapan dengan  Alun-alun Kota Mojokerto yang hanya 2,5 km saja membuat saya tidak punya opsi lain untuk menghabiskan malam pertama di kota onde-onde itu. Mau ke mana lagi coba?

Alun-Alun Mojokerto Tak Jauh dari Penginapan

Untunglah, saya mendapatkan promo dari ojek online berupa diskon perjalanan sebesar 90%. Diskon ini langsung terpasang ketika saya memesan jasa perjalanan ke Alun-Alun Mojokerto. Lumayan, dari harga 12 ribuan, saya hanya perlu membayar 3 ribu rupiah saja. Murah bukan?


Meski tidak ada angkot yang lewat di kota ini, akan tetapi jumlah driver ojek online-nya cukup banyak. Jadi, saya tak perlu risau apabila ingin bepergian ke mana-mana terutama saat malam hari. Mereka pun juga mangkal di dekat pernginapann saya. Alhasil, saya tak perlu menunggu mereka lama. Sat-set wat-wet.

Baca juga: Alun-alun Contong dan Kisah Serbuan Mataram ke Surabaya

Selepas maghrib perjalanan menyusuri Alun-Alun saya mulai. Saya tiba di sisi selatan tepatnya di Jalan Ahmad Yani. Baru saja datang, saya sudah disambut dengan arena balap bocil yang mengendarai mobil listrik dan motor mini. Aduh, suara gaduh mereka benar-benar memekakkan telinga. Belum lagi suara bising dari bel yang mereka pencet secara terus-menerus.

Alun-alun Mojokerto
Keluarga yang menghabiskan liburan

Entah kenapa, saya merasa bahagia berada di sana. Tak merasa terganggu walau suara bising itu benar-benar memekakkan telinga. Barangkali, saya mendapatkan euforia dari anak-anak tersebut yang sedang menghabiskan uang galak gampil alias uang THR saat lebaran kemarin. Jadi, spirit untuk menghabiskan uang THR ternyata menular dalam diri saya. Tak lama berselang, saya kok juga kepingin menghabiskan uang di Alun-Alun Mojokerto ini. Tentu, bukan dengan naik mobil listrik melainkan berburu kukiner.

Berburu Sate Klopo yang Legendaris

Saya teringat kuliner sate klopo yang sempat muncul di linimasa media sosial saat puasa. Kala itu, saya kok ngiler melihat sate ayam yang dibalut dengan bumbu kelapa dibakar dan disajikan dengan hangat. Nah, sate klopo ini katanya sih dijual di sekitaran Alun-Alun Mojokerto. Makanya, saua sudah nawaitu alias niat untuk memenuhi perut saya dengan kuliner hewani ini. Terlebih, sejak siang hari perut saya belum terisi. Terakhir saya makan ya di Stasiun Wonokromo saat menunggu kereta ke Mojokerto.

Baca juga: Alun-alun Blitar yang Tak Tergantikan dengan Mall

Sayang, saya belum menemukan penjual sate klopo ketika berjalan di sisi timur dan utara dari Alun-Alun Mojokerto. Malah, saya menemukan banyak penjaja mainan ketangkasan yang berjejer di sisi barat ini. Mulai dari menembak, mewarnai, hingga memancing. Pokoknya komplit lah. Seperti yang sempat saya temukan di Malang Night Market. Berbekal uang 10 ribu rupiah saja. kita bisa memilih permainan apa saja yang bisa dimainkan sampai puas.

Alun-alun Mojokerto
Akhirnya nemu penjual satenya

Di sisi utara, sebenarnya saya menemukan beberapa warung makan. Ada soto, rawon, lalapan, dan bakso. Akan tetapi, saya sudah niat untuk mencari sate klopo sebagai pilihan makan malam. Atas dasar itu, kali saya tetap melangkah ke sisi barat Alun-Alun Mojokerto.

Ternyata, di sisi barat ini merupakan pusat kuliner alun-alun. Puluhan pedagang makanan memenuhi area pinggir Jalan Kauman. Ada makanan modern semacam burger, jasuke, takoyaki, dan kentang goreng. Ada pula pedagang makanan tradisional seperti putu ayu, gorengan, dan kerupuk pasir. 

Hmmm…. target saya belum ketemu ternyata.

Saya masih penasaran di manakah penjual Sate Klopo berada. Makanya, saya terus berjalan kea rah selatan sembari memegangi perut yang mulai lapar. Kalau tidak ingat sedang berburu makanan tradisional, bisa-bisa saya kalap jajan dulu.

Aroma Sate Klopo yang Menggelora

Di tengah kegundahan hati mencari Sate Klopo, akhirnya saya mencium aroma wangi dari bumbu sate. Aroma ini terasa khas karena wanginya benar-benar menusuk. Saya pun segera mencari sumber bau tersebut dan menemukan ternyata ada sebuah warung sate klopo di sisi tenggara. Duh, tak sia-sia menahan lapar selama beberapa saat.

Untunglah, masih ada sisa tempat duduk yang bisa saya gunakan untuk makan di tempat. Saya segera menempati tempat duduk tersebut sebelum ramai diduduki oleh orang lain. Setelah memebaca menu yang tertera, saya pun memutuskan untuk memesan nasi sate klopo dengan jumlah sate sebanyak 7 tusuk.

Di sini, ada beberapa pilihan yang tersedia, yakni sate 5 tusuk, 7 tusuk, dan 10 tusuk. Saya memilih sate sebanyak 7 tusuk karena bagi saya sudah cukup kenyang. Jika 5 tusuk rasanya masih kurang tetapi jika 10 tusuk rasanya kebanyakan. Makanya, sate sebanyak 7 tusuk adalah jumlah yang pas. Harga satu porsi sate klopo 7 tusuk dengan nasi adalah 16 ribu rupiah.

Alun-alun Mojokerto
Mari makan

Sate klopo adalah makanan khas Jawa Timur yang banyak ditemukan di Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan beberapa daerah lain. Saya sudah pernah mencoba sate klopo di Surabaya. Namun, saya belum pernah mencoba menu sate klopo ini di Mojokerto. Dan rasanya ternyata tak kalah enak. Sate ayam yang dibalur dengan bumbu kelapa ini terasa empuk karena full daging. Tidak ada kulit atau gajih yang membuatnya tak nyaman untuk dimakan. 

Baca juga: Bus Malang City Tour Jalan Lagi

Perpaduan antara rasa gurih, manis, dan pedasnya pas terasa di lidah. Saya sampai makan 3 tusuk dengan cepat karena saking lapar dan enaknya. Belum lagi, aroma bakaran sate yang menusuk hidung membuat selera makan bertambah. Untuk tingkat kepedasan, kita bisa menyesuaikan dengan tingkat kepedasan yang kita inginkan. Bisa tidak pedas sama sekali, cukupan, atau bahkan sangat pedas. 

Jajan Putu Ayu Sebagai Penutup

Selepas puas makan sate klopo, saya beralih ke jajanan lain. Kali ini putu ayu menjadi incaran saya. Tiba-tiba saja ingin sekali makan putu ayu yang bau harumnya juga mulai menusuk hidung. Penjual putu ayu ini berada diantara para pedagang makanan kekinian lain. Saya pun membeli satu porsi putu ayu dengan harga 7 ribu rupiah. Dalam satu porsi, kita mendapatkan putu ayu sebanyak 10 buah.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu putu ayu pesanan saya selesai dimasak. Saya pun melipir kembali ke gazebo di sekitar alun-alun untuk memakan putu ayu tersebut. Parutan kelapa yang diberikan oleh sang pedagang saya taburkan seluruhnya. Benar-benar full of coconut. Malam itu saya makan penuh dengan menu dari kelapa. Untung saya tak percaya lagi mitos bahwa jika kita makan terlalu banyak kelapa maka akan timbul cacing kremi dalam perut kita. Bagi saya, makan banyak kelapa juga cukup mengenyangkan. 

Alun-alun Mojokerto kuliner
Makan putu ayu dulu

Selepas putu ayu terakhir habis saya makan, tibalah waktu saya untuk salat Isya. Saya pun bergegas untuk menuju Masjid Agung Al Fattah yang berada di sisi barat alun-alun. Letak masjid ini juga sesuai dengan penataan kawasan alun-alun yang biasanya menempatkan masjid agung di bagin barat. Senang rasanya berkesempatan bisa salat berjamaah di masjid berwarna hijau tersebut.

Di sekitar masjid, saya membaca banyak gang bernama Kauman. Lagi-lagi, penataan kawasan di Mojokerto ini juga masih memenuhi pola zaman dulu. Biasanya, di sekitar masjid agung berdiri kampung Kauman yang dalam toponimi berarti kaum yang beriman.

Suasana Alun-alun Mojokerto semakin ramai. Semakin malam rasanya semakin meriah saja alun-alun ini. Banyak keluarga yang mengajak anak mereka untuk bermain bersama. Saya senang dengan fasilitas di alun-alun ini yang masih terawat dengan baik. Pemkot Mojokerto sangat peduli dengan kebersihan dan kenyamanan pengunjung di sini. Bagi saya ini penting karena bagaimanapun alun-alun merepresentasikan wajah sebuah kota. 

Alun-alun Mojokerto
Masjid Agung Kota Mojokerto

Jika kota tersebut memiliki alun-alun yang kotor dan jorok, maka kota tersebut sedang bermasalah dengan penataan kotanya. Sebaliknya, jika alun-alun kota tersebut rapi dan bersih, maka apresiasi bagi pemkot dan masyarakat dalam menjaga alun-alunnya perlu diberikan.

Alun-alun Mojokerto
Kondisi taman bermain anak yang bersih

Saya pun meninggalkan alun-alun ini saat mata saya mulai lelah. Sembari menatap replika candi peninggalan Kerajaan Majapahit, saya masih yakin walau sekarang tidak terlalu keren, berwisata ke alun-alun tetaplah penting.  Sebagai ruang publik, alun-alun adalah tempat pertemuan rakyat untuk bercakap-cakap, berdiskusi, melakukan pesta rakyat. Sebagaimana saya saksikan para ayah dan ibu yang bertemu rekan mereka sembari mengasuh putra-putrinya. 

 

4 Comments

  1. Thank you ceritanya Mas, jadi punya ide tempat liburan bareng anak-anak deh.
    Seru juga nih ke Mojokerto naik kereta, kalau ga salah ada kereta semacam KRL gitu ya, yang lewat Mojokerto dari Surabaya.

    Udah lama banget nggak pernah ke Mojokerto, makin banyak yang berubah dan makin keren aja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya aku pilihmojokerto soalnya deket dan engga begitu rame hehehehe

      Delete
  2. Oh, begitu ya pilihan satenya ada yang 5, 7 dan 10 tusuk. Iya sih kalau 5 kok berasa masih lapar wkwkwkwkw, jadi 7 tusuk cukup ya, murah deh 16K. Masjid Mojokerto bagus banget ya mas. AKu belum pernah main2 ke sana nih. Semoga kapan2 bisa kulineran juga ah makan sate klopo :D

    ReplyDelete
Next Post Previous Post