Kenangan Masa MOS dan OSPEK

 

Foto dan kenangan masa OSPEK

Minggu ini, para siswa baru di Indonesia sedang melakukan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau yang sering disingkat MPLS.

Dulu sih kalau pas zaman saya sekolah namanya Masa Orientasi Siswa (MOS). Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan lingkungan sekolah pada siswa baru sebelum memulai pembelajaran. Masa-masa ini juga rawan sekali dengan tindakan perploncoan atau bullying dari senior atau kelas atas kepada siswa baru atau junior. Tak jarang juga, ada korban jiwa akibat kegiatan semacam ini. Namun, kalau saya perhatikan beberapa waktu terakhir, acara perploncoan siswa semacam ini sudah mulai hilang bahkan dilarang dan diganti dengan kegiatan yang mendidik.

Untungnya, saya masih mengalami masa perploncoan ketika MOS maupun OSPEK. Walau ngeri kalau diingat tetapi kangen juga. Kangen dengan masa-masa indah tersebut. Kangen dengan kelegaan setelah menghadapi beberapa hari masa orientasi. Nah berikut ini beberapa kisah MOS yang pernah saya alami.

MOS Masa SMP

Saya baru mengenal MOS itu dari zaman SMP. Saya kira sih dulu itu saat keterima di SMP langsung pelajaran seperti biasa. Ternyata tidak. Saya harus menjalani dua hari masa pra-MOS dan tiga hari masa MOS. Saya juga baru tahu sebelum ada kegiatan belajar dengan guru, maka siswa baru dibimbing dulu oleh kakak-kakak OSIS.

Saat Pra-MOS, kami diberikan Mars sekolah dan disuruh menghafalkan. Kami juga diminta membuat nametag. Kalau tak salah dulu nametagnya itu gambarnya matahari. Setiap kelas memiliki bentuk sendiri-sendiri dan nama kelasnya menggunakan nama planet. Lantaran kelas saya paling akhir, kalau tidak salah nama planetnya Uranus.

Baca juga: Agar Kegiatan Class Meeting di Sekolah Lebih Berfaedah

Kegiatan MOS pun akhirnya berjalan dengan kegiatan pembinaan dari guru dan pastinya mencari tanda tangan kakak tingkat terutama OSIS. Haduh, kegiatan mencari tanda tangan ini yang paling buat saya malas. Apalagi kalau ketemu kakak tingkat yang rese.

Saya masih ingat dulu ada kakak kelas 3 yang namanya Doni. Nah dia itu kebetulan punya jabatan cukup tinggi di OSIS. Ketika saya mau minta tanda tangan, pasti kan saya beramah tamah agar tujuan saya tercapai. Tiba-tiba si Doni ini malah bilang saya sok kecakepan. Lah…

Lantaran masih polos ya baru saja lulus dari kelas 6 SD saya mengatakan saya tidak cakep kok jelek. Lah tiba-tiba dia minta saya mengatakan dengan keras kalau Doni jauh lebih ganteng dari saya sebanyak 5 kali. Di lapangan basket lagi. Haduh, saya pun akhirnya mengatakan dengan keras sambil menahan malu. Untung saja dia mau memberi tanda tangan.

Kejadian paling memalukan adalah ketika saya harus memerankan sosok waria pada hari terakhir MOS. Saat itu kami sekelas akan menyanyikan lagu Gengsi Gede-Gedean. Tiga orang siswa laki-laki yang apes harus menyanyikan lagu ini sambil berjoged ala waria. Dan apesnya itu saya yang kebagian. Entah bagaimana ceritanya lupa pokoknya saya yang kebagian. Saya pun mau tak mau berjoged ala waria dan akhirnya menjadi buah bibir satu sekolah. Efek positifnya, nama saya (lumayan) terkenal lho di sekolah.

MOS Masa SMA

MOS masa SMA ini adalah nightmare selama saya sekolah. Meski ada LDK PMR dan penggemblengan lain, bagi saya MOS SMA ini paling horror dan masih terngiang sampai sekarang. Saya masih mendapatkan euforia masuk sekolah favorit, SMA kompleks, sekolah wah dan wah yang intinya membuat saya bahagia dan bangga dengan hasil kerja keras belajar dan berdoa selama kelas 3 SMP. 

Baca juga: Apa Suka dan Duka Bersekolah di SMA Negeri 1 Malang?

Ternyata kebahagiaan itu harus dibayar mahal dengan masa MOS yang mengerikan. Sehari sebelum MOS, saya dan siswa baru lain mengikuti tes psikologi dulu. Setelah tes psikologi, saya kira nanti bakal ada pengarahan MOS seperti saat SMP. Paling-paling ya minta tanda tangan.

Rupanya dugaan saya salah. Tiba-tiba, ada beberapa sosok tegap, khas tentara, dengan muka masam sambil menggedor pintu. Posisi saat itu siswa satu kelas bersama dua kakak kelas dari OSIS, kalau tidak salah namanya Mas Reza dan Mbak Devi kalau tak salah namanya. Dua kakak tingkat ini baik sekali. Mereka sangat ramah menjelaskan berbagai hal seputar barang apa saja yang harus dibawa.

Sosok tegap tersebut langsung marah-marah tanpa sebab kepada kami dan dua kakak OSIS tadi. Saya baru ngeh mereka menggunakan badge warna merah bertuliskan TATIB di lengan. Dari situ saya baru ngeh bisa jadi mereka yang mengawasi kegiatan MOS tersebut.

Mereka marah-marah yang intinya siswa baru (termasuk saya) belum layak masuk sekolah bergengsi tersebut. Lucunya, dua kakak OSIS tadi seakan membela kami karena menjadi pendamping kelas. Bahkan, mereka tak segan beradu argumen dengan para TATIB tadi. Drama bangettt.

Saya masih ingat  Mas Reza sempat dikerubungi para TATIB yang laki-laki dan dibentak-bentak dan akhirnya disuruh push-up. Demikian pula Mbak Devi juga dikerubungi TATIB perempuan, yang salah satunya rambutnya keriting dan mukanya jutek. Mereka mau melakukan push up sebagai konsekuensi atas kesalahan yang dilakukan para siswa baru termasuk saya. Jadi saya itu pernah disuruh bawa aqua  kuning tetapi karena saya tidak menemukannya, maka tutup botolnya saya cat. Yang semula warna merah jadi kuning.

Baca juga: Aneka Cerita Mistis di SMA Tugu Malang

Sejak kecil saya memang terbiasa mempertahankan pendapat saya jika memang saya rasa benar. Pada tugas yang harus dibawa siswa hanya tertera membawa aqua selimut warna bunga matahari. Tidak disebutkan jika harus rasa jeruk. Lah kan saya sudah membawa aqua rasa dengan tutup warna kuning. Warna bunga matahari. Otomatis saya tidak mau dong jika dihukum kan benar. 

Gara-gara ini jadi hampir adu jotos. - Dok. Istimewa.

Tiba-tiba salah satu tatib menatap mata saya dan saya ganti dong menatap matanya. Namun bukan menantang sih lebih kepada penekanan.

"Lah kan bener, Mas. Ya Allah.”

Lalu tiba-tiba Mas Reza berada di depan saya. Dia juga mau menantang TATIB tersebut tetapi oleh Mbak Devi didinginkan. Sepertinya memang sudah disetting agar ada drama-drama seperti itu. Mereka berdua pun akhirnya menjalankan push up karena ulah saya. Meski begitu, momen ini menjadi salah satu momen berharga dalam hidup saya untuk mempertahankan sesuatu yang saya anggap benar dan berdasar serta tidak takut jika ada kekuatan besar yang harus saya lawan. Buktinya saat kemarin ada kasus dengan KS bermasalah saya cukup berani menulis kebobrokan oknum KS tersebut. Kalau tidak digembleng saat MOS mungkin nyali saya ciut.

Namun, saya malah pingsan di akhir MOS karena kelaparan dang mengantuk luar biasa. Saat itu hari terakhir. Kami siswa baru dikumpulkan di aula. Di sana, para TATIB seperti biasa membentak kami dengan bentakan yang yah begitulah. Mulanya bentakan itu terdengar nyaring lha kok lama-lama menghilang. Hingga saya sadar sudah di UKS dikelilingi Mbak Mbak dari PMR.

Haduuuuuuu antiklimaks.

Ketika ditanya kenapa kok pingsan saya cerita apa adanya. Barangkali saya lapar karena belum sempat sarapan dan makan siang. Saat mau makan siang ada kegiatan dari kakak tingkat di musala jadi saya hanya makan satu kecap saja. Belum lagi mengantuk yang amat sangat. Malam harinya saya begadang sampai jam 1 pagi dan bangun jam setengah 4.

Saya sudah merasa tidak konsentrasi ketika hampir saja salah masuk gerbang sekolah. Kebetulan memang gerbang sekolah saya dekat sekali dengan sekolah tetangga. Nah, saat itu kami dilarang naik kendaraan bermotor dan harus jalan kaki dari pos yang ditentukan. Kebetulan pos yang dekat rumah saya berada di sebelah selatan Balaikota Malang.

Ketika berjalan, saya bertemu rekan SMP saya yang bersekolah di sekolah tetangga. Dia juga digembleng seperti saya. Kami berbincang sebentar dan berkeluh kesah soal MOS yang tak selesai juga. Nah saat sudah dekat dengan gerbang saya sudah mau melakukan salam khas sekolah saya. Salam ini wajib diucapkan ketika bertemu dengan Tatib, kakak OSIS, maupun siswa lain.

Lha kok tiba-tiba saya mendengar salam lain. Ternyata saya salah masuk gerbang. Untung saja segera tersadar dan saya melihat mas-mas Tatib yang garang di seberang. Ini mah keluar mulut harimau masuk mulut buaya. Dilema bersekolah di sekolah kompleks ya seperti ini.

OSPEK Kuliah

Meski jauh lebih horror, tetapi karena sudah pernah mendapatkan gemblengan saat SMA, saya pun sudah siap mental saat OSPEK kuliah. Saya malah nothing to loose. Alias tidak menggebu mencari barang yang harus saya bawa. Saya memilih kesehatan saja. Kalau nanti dihukum ya wis. Dibentak ya keluar telinga lagi. Yang penting tidak dipukul, disiksa, dijedugin di tembok, atau  disetrum sampai meninggal. Daripada pingsan lagi ya kan?

Uniknya, ada beberapa teman terutama dari luar kota yang barangkali MOS SMA-nya tidak semengerikan MOS di SMA saya yang shock. Padahal, saat itu namanya OSPEK ya sudah wajar seperti itu ya. Mereka tampak pucat dan kelelahan. Saya malah kasihan kadang saya beri beberapa barang milik saya karena mereka kan kos di Malang. Kalau saya bisa pulang dan mencari bala bantuan dari bapak, ibu, adik, dan saudara di rumah untuk mencari barang bawaan.

Saya malah mengompori mereka untuk tidak terlalu ngoyo mencari barang bawaan daripada pingsan seperti yang pernah saya alami. Namun, ya mereka kan sudah terpatri rasa takut atau cemas bagaimana nanti nilai mereka kuliah atau ada masalah jika tidak mengikuti PKPT (nama OSPEK di kampus saya).

Saya lancar-lancar saja mengikuti Ospek sampai hari terakhir badan saya mulai tidak enak. Cuma masuk angin dan seakan mau muntah. Lantaran tidak mau pingsan lagi dan mau mengikuti Ospek sampai akhir, saya pun ke ruang kesehatan guna meminta minyak kayu putih.

Lah ndilalah di sana saya bertemu seorang pelatih PMR di SMA saya dulu. Namanya Mbak Lutfie yang berkuliah di Fakultas yang sama dengan saya. Kami pun berkangen-kangenan. Mulanya, saya pun mau balik karena sudah lumayan sehat. Namun, Mbak Lutfie malah mencegah saya dan meminta saya pura-pura sakit. Dia mengatakan nanti kalau saya kembali ke ruangan juga percuma tidak mendengarkan pemateri karena bosan.

Iya juga ya, hahahhahaa.

Akhirnya saya pura-pura sakit dan tidur berbaring di sebelah Mbak Lutfie. Jangan berpikir aneh-aneh lho ya karena itu di aula terbuka yang penuh dengan maba yang sakit. Kami pun berbincang seputar PMR, SMA, kuliah, dan lain-lain. Mungkin Mbak Lutfi juga bosan ya dengan kegiatan Ospek yang ya begitulah dan saya pun juga ingin tahu banyak soal kampus yang ceritanya jauh lebih seru jika keluar dari Mbak Lutfie daripada pemateri.

Salah satunya adalah susahnya skripsi Fakultas kami yang memang terkenal penuh dengan hitungan matematika. Mbak Lutfi sendiri saat itu juga masih merevisi skripsnya yang belum selesai juga. Akhirnya, saya tiga jam mengobrol dengan dia dan aman-aman saja karena dia memang cukup penting kegiatan KSR. Sungguh, ini pengalaman paling kocak.

Setelah OSPEK ada kegiatan bakti sosial di sebuah desa. Lah kami maba pria malah disuruh macul. Saya yang tidak pernah melakukan kegiatan macul akhirnya jatuh sakit beneran seminggu setelah OSPEK dan bakti sosial.

Ada juga OSPEK jurusan yang dilakukan 2 bulan setelah OSPEK pusat. Namun, kegiatan OSPEK jurusan ini lebih fun. Saya malah bahagia sekali karena bisa nge-dance di acara malam seni. Ya Tuhan lagi-lagi saya jadi pusat perhatian.

Diantara cerita MOS dan OSPEK saya masih merasa kegiatan semi perploncoan ini masih penting. Walau dalam takaran yang pas, tetapi bisa membuat mental saya dan mungkin generasi yang pernah merasakan hal itu lebih kuat. Masa mengerikan ini juga akan menjadi masa yang dikenang. Bukan begitu?

8 Comments

  1. eh waktu kita SMA dulu namanya emang MOS ya, Mas Ikrom. Sekarang namanya kalau di sekolah di bawah kementerian pendidikan MPLS atau masa pengenalan lingkungan sekolah, kalau di madrasah di bawah kementerian agama namanya Matsama, Masa Taaruf Siswa Madrasah. Sekarang Masa orientasi atau pengenalan sekolah se horor dulu loh, kalau OSPEK ga tau ya, masih horor atau ga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang udha ganti nama dan ga horor kayak dulu ya Pak

      Delete
  2. Saya cuman sekali mengikuti Ospek. Saat masuk PGA 6tahun. Tapi asyik bila dikenang ya, Mas Ikrom. Zaman kami, ospeknya seperti kerja paksa. Ngangkat batu, Pasir, dan kerja lainnya. Telat semenit, denda sebiji telor ayam. Html he ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ibu saya dulu juga PGA tapi cuma 3 tahun
      wah ngeri juga ya bu

      Delete
  3. ospek mah aku gak pernah ikut wkwkw

    ReplyDelete
  4. demi apa wkwkkwkw...temane koyo janjian via telepati mas ikrom hahahhahaha...aku juga ntes nulis pengalaman pelantikan n wide game pmr wkwkkwkw...diploncow juga hahahhaha...

    eh keki abis pesti pas dioaksa mengakui kakak kelas lebih ganteng hahahha...dalam hati mules pesti ngucapnone yo mas hahahha

    kalau nametagku malah kembang mas nanti ada biodata en foto fotone juga...ada yel yele juga hahahhahah...tapi bukan nama planet neng reguku cuma nama nama tokoh oalang merahe. Nek mos pramuka esempe baru regune nama nama bunga nggonaku dapet regu sakura wkwkkwkw...inget banget aku kemah malah dapat cerita creepy soale kemahe di gedung sekolah bangunan walandi

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ndang ditulis mbak
      gak mules tok pen muntah mbak ahahahha

      iya ada biodata dan ngapalno yel yel iku sing malesi hahahhaha

      Delete
Next Post Previous Post