Fenomena Lepasnya Lisensi Miss Universe; Antara Bisnis dan Ketidakcocokan dengan Pemilik Ajang

Annek JKN, pemilik Miss Universe yang baru. - Dok. Istimewa

 

Tahun 2023 ini menjadi tahun fenomenal bagi Miss Universe.

Setelah dibeli oleh transgender asal Thailand, Anne JKN, satu pr satu berita dibuat oleh kontes kecantikan terbesar ini. Tak lain, lepasnya lisensi dari pemilik lisensi di beberapa negara. Dimulai dari Ghana, Mauritius, tsunami lepasnya lisensi pun merambat ke beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sudah diketahui bersama setelah tiga puluh tahun lebih, akhirnya YPI kehilangan lisensi Miss Universe.

Tak sampai di situ saja, pemilik lisensi di Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Singapura pun satu per satu kehilangan lisensi tersebut. Hanya Thailand dan Filipina yang masih tetap dipegang oleh pemilik lisensi yang lama. Itu pun juga sempat digoyang akan beralih ke pemilik baru. Beberapa negara di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin juga mengalami nasib serupa.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Miss Universe Butuh Uang Banyak

Jika melihat dari unggahan YPI, setidaknya ada dua poin yang mendasari lepasnya lisensi yang Miss Universe yang sudah dipegang lama. Pertama, masalah bisnis dan kedua mengenai ketidaksepahaman visi dan misi.

Pemilik Miss Universe yang baru memang ingin mengembalikan kejayaan bisnis Miss Universe yang mulai meredup. Beberapa tahun terakhir, saat Miss Universe dipegang IMG, pamornya tak seperti dulu. Saat masih dipegang mantan Presiden AS Donald Trump. 

Baca juga: Dimiliki oleh Transgender, Akankah Miss Universe Bakal Diikuti Banyak Transgender?

Rating acara malam final Miss Universe terus mengalami penurunan. Puncaknya, saat perhelatan ini digelar pada 2020 lalu, stasiun FOX yang biasanya menyiarkan ajang ini pun tak lagi melakukannya. Stasiun TV Fyi menggantikan FOX dengan kualitas gambar di bawah standar. Tentu, hal ini sangat mengecewakan banyak pihak terutama pecinta kontes ini.

Belum lagi, munculnya beberapa kontes kecantikan yang menarik perhatian juga membuat Miss Universe memiliki banyak saingan. Salah satunya adalah Miss Grand International (MGI). Ajang yang tahun kemarin digelar di Indonesia ini semakin menanjak dan dinobatkan sebagai kontes kecantikan terbaik oleh Global Beauties. Miss Universe pun dianggap mulai kalah dengan Miss Grand International.

Berbagai Terobosan Pemilik Miss Universe yang Baru

Nah, lantaran kondisi yang sulit dan tak menguntungkan, maka Anne JKN kemudian melakukan beberapa terobosan. Mulai membuat minuman berlabel Miss Universe hingga menaikkan harga lisensi kepada pemilik lisensi lama. Jika mereka tidak mampu untuk membayar atau memenuhi harga penawaran, maka dengan berat hati pemilik lisensi akan berpindah. Cayman Island adalah salah satu contohnya yang pemilik lamanya tak mampu memenuhi harga dari pemilik Miss Universe.

Selain masalah bisnis, perbedaan visi dan misi antara pemilik lisensi dengan pemilik baru Miss Universe juga menjadi salah satu alasannya. Menurut Anne JKN, saat ini pemilik lisensi Miss Universe di suatu negara hanya boleh memahkotai satu pemenang untuk ajangnya. Tidak boleh dicampur dengan pemenang untuk ajang lain.

Pemilik lisensi Miss Universe Kamboja (kiri), Argentina (tengah), dan Vietnam (kanan) yang harus rela kehilangan lisensinya. - Dok istimewa

Makanya, YPI yang memahkotai 3 pemenang untuk Miss Universe, Miss International, dan Miss Supranational tidak sesuai dengan aturan ini. pemenang utama yang hanya untuk dikirim ke Miss Universe. Embel-embel Miss Universe juga harus lebih ditonjolkan karena saat ini pemilik baru ingin branding Miss Universe betul-betul dikenal. Untuk itulah, alasan ini juga bisa menjadi lepasnya lisensi Miss Universe dari YPI karena mereka lebih menonjolkan sisi Puteri Indonesia dibandingkan Miss Universe Indonesia.

Baca juga: Berapa Harga Lisensi Kontes Kecantikan Internasional?

Masalah aturan peserta pun juga bisa menjadi alasan lepasnya lisensi Miss Universe. Organisasi Miss Universe kini membolehkan peserta transgender dan wanita yang sudah menikah untuk bisa mendaftar ajang tersebut. Sementara YPI mensyaratkan wanita asli belum menikah untuk bisa tampil di atas panggung Puteri Indonesia. Namanya Puteri Indonesia ya tentu saja untuk para gadis. Bukan untuk mamah mudah. 

Kontradiksi dengan Pemilik Lisensi Lama

Kontradiksi inilah yang menjadi alasan kuat lepasnya lisensi Miss Universe dari tangan YPI. Maka, ketika organisasi Miss Universe Indonesia selaku pemilik lisensi baru di Indonesia membuka pendaftaran. Mereka juga membolehkan wanita yang sudah menikah atau cerai bergabung asal tidak sedang hamil. Sempat pula ada desas-desus bahwa Miss Universe Indonesia membolehkan para transgender untuk bisa bergabung.

Sontak, berita ini membuat gaduh para penikmat pageant. Membolehkan transgender bisa membuat publik di Indonesia murka. Apalagi, jika ada yang menggoreng isu pro LGBT pada ajang ini maka akan membuat runyam. Dampaknya pun akan merembet ke pageant lain yang tidak ikut-ikutan membuat aturan ini. Namun, pihak MUId akhirnya memberi klarifikasi bahwa berita itu tidak benar. Padahal berita itu tersebar dari tim internal mereka saat melakukan live di Instagram.

Baca juga: Kontes Kecantikan Mana yang Paling Prestisius?

Dua alasan utama, yakni bisnis dan visi misi memang membuat lisensi Miss Universe bisa lepas. Namun, kondisi menjadi bias ketika beberapa pemilik lisensi lama yang melakukan hal tak seperti yang diinginkan pemilik Miss Universe tetap dapat memiliki lisensi.

Tiga peserta Miss Universe Philippines tahun ini yang sudah menikah dan memiliki anak. Dok Istimewa

Salah satunya adalah Lupita Jones, pemilik ajang Mexicana Universal. Ajang ini memahkotai beberapa pemenang untuk dikirim ke ajang internasional tak hanya Miss Universe. Begitu juga Miss France yang tidak menyebut pemenang langsung dikirim ke Miss Universe. Pun demikian Miss South Africa yang baru memutuskan siapa yang dikirim ke ajang Miss Universe setelah pengumuman pemenang. Itu pun pernah juara ketiga yang dikirim. Jadi, mengapa mereka tetap mendapatkan lisensi?

Semua kembali kepada Tuhan dan pemilik Miss Universe dalam hal ini Anne JKN yang tahu. Namun, melihat inkonsistensi sang pemilik setidaknya publik banyak yang mulai tidak respek. Salah satunya adalah mengenai pemenang national costume Miss Universe 2022. Biasanya, sang pemenang diumumkan saat malam final.

Namun, hingga saat ini pemenang belum diumumkan. Pihak Miss Universe sempat membuka voting berbayar dan akan mengumumkan di bulan Februari. Nyatanya, hingga bulan Februari habis, pengumuman pemenang pun tak juga dilakukan.

Meski pahit, hilangnya lisensi Miss Universe dari YPI seakan memberi hikmah tersendiri. Jika sudah tak sejalan dan tak sevisi, apa yang harus dilanjutkan? Pageant sejatinya bukan masalah bisnis dan mahkota semata, tetapi sosok yang menginspirasi adalah kunci. Orang awam di Indonesia hanya tahu kontes kecantikan adalah Puteri Indonesia bukan Miss Universe. Mereka banyak yang hafal dan paham siapa saja para pemenangnya dan apa yang sudah diberikan pada negara. Jadi, untuk apa mempertahankan sesuatu yang tidak lagi sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia?  

2 Comments

  1. Numpang nyimak, Mas Ikrom. Saya tidak mengikuti perkembangan Universe. Mas Ikrom luar biasa hebat ....

    ReplyDelete
  2. Yang bikin kaget waktu membaca syarat pendaftaran untuk MUID adalah tidak adanya syarat kecakapan khusus (pintar berbahasa asing, dan nilai intelegensia 3B ala putri indonesia), serta syarat mak2 dan wanita pernah menikah boleh ikut. Lah bukan miss universe lagi tapi mrs. universe dong, jelas ini MU yg baru cuma pengen untung doang mas, murni bisnis lagi

    djangki | avant garde

    aku request dong tanggapan mas Ikrom soal syarat2 ikut MUID yg menurutku agak nyleneh, makasih mas

    ReplyDelete
Next Post Previous Post