Apa yang Membuat Indeks Kebahagiaan Orang Indonesia Cukup Rendah?

Berfoto di tempat wisata Instagramable bersama bestie-bestie. salah satu sumber kebahagiaan orang Indonesia.

Baru-baru ini, United Nations Sustainable Development Solutions Network kembali mengeluarkan laporan indeks kebahagiaan.

Dalam laporan tersebut, disajikan dengan lengkap mengenai indeks kebahagiaan penduduk dunia. Bersama Gallup Company, peringkat kebahagiaan negara di dunia disusun secara urut dari yang paling bahagia sampai yang tidak bahagia. Ada negara yang mengalami kenaikan peringkat kebahagiaan dan ada pula yang mengalami penurunan peringkat.

Finlandia masih menjadi negara paling bahagia di dunia dalam pemeringkatan indeks kebahagiaan ini. Negara Skandinavia tersebut mampu mempertahankan peringkat pertama sebagai negara paling bahagia di dunia selama beberapa waktu terakhir.

Ada tujuh parameter yang diukur dalam indeks kebahagiaan ini. Pertama adalah pendapatan perkapita, kedua dukungan sosial, ketiga harapan untuk hidup sehat, keempat kebebasan untuk memilih jalan hidup, kelima kemurahatian, keenam persepsi terhadap korupsi, dan terakhir adalah distopia. Distopia sendiri adalah masyarakat yang tidak didambakan atau yang tidak baik. Jadi, bisa dikatakan distopia merupakan gambaran bagaimana seseorang menilai lingkungan sekitarnya. Apakah sesuai dengan dambaannya atau tidak.

Negara Skandinavia Masih Jadi Jawara

Finlandia menjadi jawara setelah mengumpulkan poin sebesar 7,821. Posisinya diikuti oleh Denmark (7,636), Islandia (7,557), Swiss (7,512), dan Belanda (7,514). Negara lain yang masih masuk 10 besar sebagai negara paling bahagia adalah Luksemburg, Swedia, Norwegia, Israel, dan Selandia Baru. Jika diamati lagi, negara paling bahagia di dunia mayoritas berada di wilayah Skandinavia yang dekat dengan kutub utara. 

negara paling bahagia
10 Negara paling bahagia - katadata


Selain tujuh parameter tadi, indeks kebahagiaan juga mengukur positive dan negative affect. Untuk positif affect yang diukur adalah rata-rata tindakan yang menyebabkan seseorang tertawa dan semangat melakukan sesuatu hal yang baru. Semisal belajar akan hal baru atau mengikuti kegiatan baru yang membuat seseorang semangat.

Untuk negative affect sendiri, indeks kebahagiaan mengukur rata-rata tindakan yang meyebabkan seseorang di negara tersebut menjadi sedih, marah, kecewa, dan perasaan negatif lainnya. Kedua parameter ini sebenarnya relatif karena tergantung juga pada kondisi seseorang. Namun, adakalanya kondisi di sebuah negara mempengaruhi positive dan negative affect tadi. Semisal, saat ini terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Bisakah warga negara di kedua wilayah itu memiliki semangat positif? Jika pun bisa rasanya akan sulit. 

Baca juga: Bahagia Ketika Bisa Menulis Kritik akan Sebuah Masalah

Indeks kebahagaian juga memasukkan faktor pandemi covid-19 terhadap ukuran seberapa bahagia seseorang tinggal di negara tersebut. Tentu, faktor covid-19 ini tak bisa dikesampingkan karena cukup besar mempengaruhi kehidupan penduduk dunia. Suka atau tidak, covid-19 memukul hampir semua negara sehingga menurunkan indeks kebahagiaan.

Bagaimana dengan Indonesia?


Sebelum membahas Indonesia, cukup menarik jika kita membahas peringkat indeks kebahagiaan negara tetangga kita. Kalau kita menengok negara Skandinavia, negara Eropa, atau negara maju lainnya rasanya terlalu tinggi dan muluk-muluk. Menengok negara tetangga yang dekat dengan kita sepertinya yang paling mudah dilakukan. Bukankah menggunjingkan tetangga adalah kenikmatan tiada tara? 

Singapura Paling Bahagia, Myanmar Paling Merana

Untuk negara ASEAN, sudah tentu negara paling kaya dan maju Singapura menempati urutan teratas. Singapura masih menjadi yang terdepan dengan bertengger di peringkat 27 dunia. Di bawahnya, ada Filipina yang berada di peringkat 60, disusul Thailand peringkat 61, Malaysia peringkat 70, Vietnam peringkat 77, dan baru Indonesia di peringkat 87.

Di bawah Indonesia, ada negara Laos yang indeks kebahagiaannya berada di peringkat 95, lalu disusul Kamboja di peringkat 114 dan terakhir Myanmar yang sedang bergejolak di peringkat 126. Brunei Darussalam adalah satu-satunya negara yang tidak diukur pada survei ini. Kira-kira, jika Brunei Darussalam dimasukkan dalam pemeringkatan ini, maka posisinya berada di urutan berapa?

Posisi Indonesia turun 5 peringkat jika dibandingkan tahun 2021. Saat itu, Indonesia berada pada peringkat 82 dengan skor 5,345. Saat ini, skor indeks kebahagiaan Indonesia turun menjadi 5,240. Penurunan peringkat juga dialami oleh Thailand yang pada tahun lalu berada di atas Filipina kini berada di bawah negara tersebut. 


indeks kebahagiaan negara ASEAN 2022
Indeks kebahagiaan negara ASEAN - katadata


Rendahnya indeks kebahagiaan Indonesia memang menjadi tanda tanya besar:

Seberapa tidak bahagianya orang Indonesia hidup di zamrud khatulistiwa ini? 
Seberapa tidak bahagianya orang Indonesia berada di tengah limpahan Sumber Daya Alam yang begitu kaya? 
Bukankah orang Indonesia dikenal sebagai orang yang religius dan harunya pandai bersyukur?

Pertanyaan ini cukup sensitif untuk dilontarkan dan akhirnya bermuara kepada pertanyaan kembali:

Untuk apa mengukur kebahagiaan dan membandingkannya? Yah disyukuri saja.

Memang, kebahagiaan yang kita rasakan hanya kita sendiri yang bisa menentukan. Kebahagiaan sejati akan timbul dari diri setelah mampu beradaptasi dan memecahkan masalah yang terjadi. Kebahagiaan juga jadi tanda untuk bersyukur pada Tuhan atas karunia yang telah Dia berikan pada kita.

Namun, jika ada pertanyaan, kapan terakhir kali kita bisa tertawa dan tersenyum lepas serta begitu semangat menjalani aktivitas sehari-hari? Kapan kita merasa penuh saat bertemu dengan orang lain? Kapan kita merasa gembira ketika melihat berita, baik di televisi, koran, atau media lainnya? 

Apa jawaban Anda sebagai orang Indoneisia?

Jujur, sebagai orang Indonesia, rasanya sangat sulit untuk menjalani hari-hari seperti itu terutama beberapa waktu terakhir. Rasa was-was dan ketakutan akan masa depan sering berkecamuk. Belum lagi, jika melihat situasi dan kondisi saat ini, rasanya kok sulit ya bisa lepas menjalani hari seperti dulu?

Susah Banget Buat Bahagia di Indonesia, Bestie............

Mau keluar untuk melakukan kegiatan sudah terkena macet. Mau melihat berita dan televisi untuk hiburan yang ada berita pembunuhan, korupsi, penipuan, dan lain sebagainya. Mau bahagia dengan belanja online tetangga sekitar mulai mempergunjingkan. Dalam hati ingin membeli gorengan yang enak eh minyak goreng langka dan mahal. Mau mengeluh soal minyak goreng mahal eh ada saja yang nyinyir dan malah mengatakan ya lebih baik direbus dan dikukus saja. Akhirnya, orang Indonesia pun merebus rempeyek dan bakwan sambil (mencoba untuk) bahagia. 

Makan gorengan hangat dan murah meriah adalah sumber indeks kebahagiaan orang Indonesia. Bukan begitu bestie? - Dok istimewa.


Percayalah, kebahagiaan memang timbul dari dalam diri tetapi faktor lingkungan juga penting. Kita orang Indonesia juga manusia biasa yang pasti punya titik tertentu untuk mengeluh dan merasa tidak bahagia atas apa yang sedang terjadi. Faktor dukungan sosial dan kebebasan untuk memilih yang menjadi parameter indeks kebahagiaan rasanya semakin hari semakin susah didapatkan di Indonesia.

Jika melihat paparan tadi, rasanya muara untuk menyalahkan pemerintah akan sangat kental. Memang, pemerintah juga turut andil dalam membahagiakan warganya. Mafia minyak goreng yang belum bisa diatasi, masalah Jaminan Hari Tua (JHT) yang dinilai meresahkan buruh, isu penundaan pemilu, kasus korupsi, dan lain sebagainya yang membuat sebagian orang Indonesia tak bahagia melihat pemerintahnya. Indeks kebahagiaan pun menurun melalui parameter persepsi akan korupsi dan distopia.

Akan tetapi, saya merasa dukungan sosial dari lingkungan sekitar juga penting agar tidak ada pemahaman hanya menyalahkan pemerintah. Ketika saya membuka Twitter, ada saja perdebatan mengenai di usia segini orang Indonesia harus punya ini. Terlebih, setelah marak kasus flexing yang memaparkan crazy rich muda, rasanya untuk bahagia kok sulit sekali dilakukan di Indonesia.

Crazy Rich Indonesia yang asli dengan sumber kebahagiaan mereka yang simpel. Makan di warteg, jalan pakai sandal jepit, dan main remi. - Dok. Istimewa


Suka atau tidak, tuntutan semacam ini juga menurunkan indeks kebahagiaan. Seolah-olah, untuk bahagia di Indonesia, kita harus mencapai titik tertentu. Jika kita tidak mencapai titik atau standar tersebut, maka kita tidak akan dianggap bahagia. 

Ekspektasi Pencapaian Hidup Sukses di Indonesia yang Begitu Tinggi

Harus diakui, ini sering terjadi terutama pada orang dewasa muda di Indonesia. Tuntutan mencapai standar bahagia dari lingkungan membuat kebahagiaan menurun. Yang mulanya seseorang sudah cukup dan bersyukur atas apa yang ia dapatkan, setelah ada tuntutan tersebut akhirnya orang tersebut akan berusaha memenuhi tuntutan tersebut. Semisal, keputusan untuk menikah, memiliki rumah, mobil dan lain sebagainya. Belum lagi tren berinvestasi yang seolah-olah menjadi standar kebahagiaan baru orang Indonesia terutama kaum muda. Akibatnya, mereka akan mengesampingkan kebahagiaan sederhana yang telah ia dapatkan demi meraih standar kebahagiaan baru tersebut. 

Baca juga: Lebih Dekat dengan Kawasan "Crazy Rich" di Surabaya Barat

Salah satu contoh yang sempat saya saksikan adalah seorang Youtuber wanita muda asal Manado. Ia merupakan korban dari salah satu binary option yang saat ini berada pada titik terendahnya. Kebahagiaannya hilang begitu saja karena ia ingin mengejar kebahagiaan dalam bermain aplikasi tersebut. Pada suatu momen, ia membagikan video bersama neneknya berbelanja dan makan bersama. Kegiatan ini tinggalkan ketika sibuk dan serius bermain binary option.

Ia kembali merasakan kebahagiaan lagi setelah mengajak neneknya makan dan jalan bersama. Ia pun sadar bahwa kebahagiaan yang sejati ternyata berasal dari kedekatan dan kehangatan dengan orang terdekat. Bukan lagi memenuhi standar finansial seperti yang saat ini marak digembar-gemborkan. 


Nyinyiran Lingkungan Sekitar, Penghambat Orang Indonesia Bisa Bahagia

Pelajaran sederhana berikutnya datang dari teman Filipina saya. Ia kerap bertanya apa barang yang akan saya beli melalui online shop ketika ada flash sale. Saya pun menjawab tidak banyak karena akan berbelanja di toko. Padahal, dalam hati yang paling dalam saya juga ingin berbelanja banyak melalui ol shop tetapi kadang tidak enak jika ada paketan datang setiap hari. Tetangga saya sering menggunjingkan masalah ini.

Ia pun kaget dan bertanya sebegitu menyebalkankankah para tetangga di Indonesia sampai-sampai mengurusi tetangganya yang mau membeli barang secara online. Toh sekarang dengan kemajuan teknologi rasanya tak ada salahnya menggunakan itu. Di sana, tetangganya lebih cuek akan hal ini. Kan tidak merugikan juga? Inilah yang bisa jadi indeks kebahagiaan mereka - orang Filipina - jauh lebih tinggi dibandingkan kita. Ngapain juga ngurusin orang? 

Baca juga: Didesak Jadi PNS, Saya Menolak dengan Tiga Alasan Ini

Tidak hanya itu, saya juga kadang merasa tidak enak ketika mengunggah foto liburan atau staycation di hotel. Terlebih, jika beberapa hari setelahnya ada pertemuan keluarga besar. Seringkali saya 'dipoyoki' (bahasa Jawa artinya diejek) bahwa saya sering jalan-jalan terus. Dalam pertemuan keluarga besar yang seharusnya hangat tersebut akhirnya menjadi tidak mengenakkan karena masalah ini sering dibahas. Satu dua kali sih tidak masalah tetapi kalau setiap ada pertemuan saya mendapat perlakuan seperti itu,rasanya kok jengah. Padahal jalan-jalan dan staycation kan hak kita juga dan bisa menaikkan indeks kebahagiaan. Kok malah dinyinyirin? 


Staycation, sumber indeks kebahagiaan saya.

Dukungan sosial dan pilihan akan keputusan hidup yang rendah ini akhirnya juga membuat indeks kebahagiaan orang Indonesia menurun. Sudah ekspektasi hidup tinggi, mau melakukan apa yang kita suka dinyinyirin, eh mau beli gorengan mahal. Lengkap sudah.

Ya sudah,akhirnya sebagai orang Indonesia saya hanya (mencoba) beryukur dan berdoa semoga saya masih bisa bahagia tinggal di Indonesia. Saya pun mencoba melakukan apa yang saya suka semisal naik Suroboyo Bus, menonton video lucu, atau berkegiatan lain. Percayalah, rendahnya indeks kebahagiaan orang Indonesia sesungguhnya menjadi lampu kuning atau bahkan lampu merah. Berintrospeksi pada diri, apa yang membuat kita dan lingkungan sekitar kita tidak bahagia? 

Kalau kalian baca ini, apa yang membuat kalian bahagia dan tidak bahagia hidup di Indonesia?

12 Comments

  1. Negara2 terbahagia di dunia didominasi ama negara2 Eropa ya mas, jadi pengen pindah ke Eropa, eh wkwkkw

    Dan ternyata Indonesia masih tertinggal banget, tp ya ga heran sih, pendapatan perkapita rendah, korupsi tinggi, kriminalitas tinggi hahhaha.

    ReplyDelete
  2. Beberapa hari yang lalu daku nonton di tivi soal negara bahagia ini.
    Ada alasan utamanya juga sih ya faktor pekerjaan, kestabilan dalam pemerintahan juga.
    Sempet mikir, enak banget ya di Finlandia hehe.

    ReplyDelete
  3. Biarlah negara dalam kondisi tidak berbahagi, yang penting kita sendiri merasa bahagia. Ibadah lancar, inten menulis dan berkomunikasi dengan sahabat dumay dan duta, cukup kebutuhan harian, anak cucu tidak banyak tingkah,tahu sopan santun dan agama. Ya itu adalah kebahahagiaan yang berlipat2.

    ReplyDelete
  4. saya bahagia kalau sihat, banyak duit dan tiada hutang hingga ke hujung nyawa

    ReplyDelete
  5. Dari dulu aku selalu menganggab, orang yg suka Julid, yg suka nyinyir ngliiat tetangga belanja online tiap hari, gofood tiap hari, sebenernya iri Ama kita. So, buat apa dilayani..untuk orang2 tipe gini, aku ga pernah peduliin, malah kadang makin semangat bikin dia panas 🤣🤣.

    Peringkat kebahagiaan gini, susah sih kalo mau dibilang bener atau ga. Secara aku selalu punya standard sendiri untuk hidup bahagia. Dan bahagia itu selalu bisa dicreate sendiri. Cth nya kayak pandemi skr, aku ga bisa traveling ke LN, Krn banyak pembatasan. Stress pasti, apalagi selalunya aku rutin traveling. Tapi kalo diikutin stress ya, kapan bisa bahagia. Yg aku ciptain sendiri, alternative liburan supaya bisa bahagia. Ntah itu liburan domestik yg LBH gampang aturannya, staycation, makan di restoran yg belum pernah aku coba, ngajakin asisten2 ku makan di luar atau nyalon, itu aja bikin bahagia bangett.

    COVID memang aku akuin awalnya bikin stress. Tapi dipikir, toh kondisi keuangan kami ga terganggu , lalu kenapa ga memanfaatkan itu dengan membantu sekitar yg terimbas. Dan efeknya, ternyata bisa bikin bahagia. Melihat orang bahagia menerima pemberian kecil kami, itu aja cukup menaikkan level happiness kami sekeluarga.

    So, aku ga pengen terpaku Ama rating2 begini. Krn semua orang bisa bahagia asal mau ngerubah mindset :)

    ReplyDelete
  6. Memang sudah tidak heran melihat indonesia dengan hal-hal yang seperti itu.. Tapi sebelum bisa membahagiakan orang memang hal pertama yang dilakukan ialah membahagiakan diri sendiri dulu, lalu keluarga, baru pasangan, dan selanjutnya bebas siapa saja. Kalau dari diri sendiri aja belum bahagia maka yang lain pun akan terlihat begitu..

    ReplyDelete
  7. Tulisan ini merupakan rangkuman isi hati banyak orang yaaa. Trueee susah banget hidup tenang di Indonesia, tanpa dikomentari wkwk
    Karena orang terdekat pun juga sering menjadi penyebab hidup jadi nggak bahagia Hufttt

    ReplyDelete
Next Post Previous Post